Kamis, 10 Agustus 2017

Kresek Dan Gagasan Wisata Sampah di Kota Kudus


SAMPAH kerap menjadi masalah. Namun bagi anak-anak muda yang tergabung dalam Komunitas Kreasi Sampah Ekonomi Kota (Kresek), sampah adalah laham emas untuk berkreasi sekaligus mengurangi menumpuknya timbunan sampah.

Setelah berhasil mewujudkan bank sampah dan menyulap sampah plastik menjadi kerajinan bernilai ekonomi, kini mereka menggagas proyek wisata sampah. Tak sendirian, mereka melibatkan masyarakat untuk mewujudkannya dengan bergotong royong membuat ecobrick.

Jadi jangan heran jika setiap acara car free day (CFD) Minggu pagi di Alun-alun Kota Kudus, kita menjumpai anak-anak duduk lesehan melingkari sampah plastik kering dengan memegang botol dan tongkat bambu.

Dengan sekuat tenaga, Adriani (10) mendorong batang kayu untuk memadatkan sampah kering ke dasar botol plastik bekas di genggamannya. Duduk lesehan bersama sejumlah anak-anak lainnya di selatan Alun-alun Kudus, Adriani berusaha membuat ecobrick-nya sendiri.

“Tadi bawa botol bekas dari rumah. Di sini sudah disediakan sampah plastik untuk isiannya,” katanya saat mengikuti kegiatan membuat ecobrick di Alun-alun Kota Kudus, Minggu (23/7).

Butuh sekitar 30 menit sampai botol di genggamannya terisi penuh dengan sampak plastik kering. Setelah memastikan botolnya terisi penuh dengan sampah plastik sampai padat, ia pun menaruhnya di sebelah botol-botol yang sudah terisi sampah.

Ecobrick merupakan seni daur ulang sampah plastik. Caranya dengan mengisi botol bekas dengan sampah plastik hingga padat dan keras. Kumpulan ecobrick bisa dimanfaatkan untuk material bangunan maupun karya seni.

Komunitas Kreasi Sampah Ekonomi Kota (Kresek) Kudus rencananya memanfaatkan ecobrick yang sudah terkumpul menjadi meja, kursi, dan miniatur menara. “Butuh sekitar 4.000-an ecobrick. Saat ini baru terkumpul sekitar 400-an botol ecobrick,” kata Faesal Adam (24), koordinator Kresek.

Untuk membuat ecobrick dari botol kemasan ukuran 600 ml, dibutuhkan sampah seberat 200 gram. Sementar untuk botol ukuran 1,5 liter setidaknya harus diisi sampah plastik seberat 600 gram. “Harus padat agar produk kreasi nantinya bisa berfungsi optimal,” katanya.

Pembuatan ecobrick ini menjadi bagian proyek “wisata sampah” yang tengah digagas Kresek. Wisata sampah merupakan sebuah tempat wisata unik yang fasilitas di dalamnya dibuat dari bahan ecobrick.

Proyek itu digerakkan Kresek melalui kegiatan sedekah sampah dari masyarakat. Hasil kreasi dengan ecobrick itu rencananya akan dipamerkan di taman Wergu Kudus, sekaligus menjadi wahana wisata sampah. Tempat itu diharapkan menjadi wahana edukasi pengelolaan sampah bagi warga di Kudus.

Adam menargetkan sudah mampu mengumpulkan 4.000 ecobrick, dan merealisasikan proyek wisata sampah, September mendatang. Anggota Komunitas Kresek tak sendirian membuat ecobrick.

Mereka berkolaborasi dengan komunitas anak muda lainnya di Kudus dengan menggelar kegiatan bersama. Anak-anak muda komunitas Kresek pun terus mengajak pelajar dan masyarakat umum untuk aktif bersedekah sampah maupun membuat ecobrick.

Caranya, mereka mengajak warga membawa botol plastik dan sampah kering pada acara car free day (CFD) di Alun-alun Kota Kudus, setiap Minggu pagi. Mereka memanfaatkan media sosial untuk mengumumkan kegiatan tersebut.

Setiap CFD, warga diajak membuat ecobrick-nya sendiri. Tak hanya untuk kepentingan proyek wisata sampah yang digagas Kresek saja, melalui kegiatan itu diharapkan warga memiliki inisiatif membuat ecobrick dan memanfaatkannya di rumah dan lingkungannya masing-masing.

Selain membuat karya seni, melalui proyek wisata sampah itu Kresek sejatinya ingin mengkampanyekan gerakan pengurangan sampah melalui kegiatan reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (daur ulang).
“Kami menggelar kampanye ke sekolah-sekolah maupun menggelar kegiatan bersama-sama membuat ecobrick seperti di arena CFD (Car free day) hari ini (kemarin – Red). Setiap yang datang kami minta membawa botol plastik dan sampah kering,” katanya.

Komunitas Kresek merupakan wadah anak muda yang terrgerak untuk mendaur ulang sampah menjadi produk kreatif bernilai ekonomi. Kelompok yang terbentuk sejak 2015 ini kerap beraktifitas di sebuah rumah yang mereka sebut Omah Aksi di Desa Mlatinorowito, Kecamatan Kota, Kudus.

Komunitas yang memiliki anggota sekitar 40-an anak muda ini menyulap sampah menjadi kerajinan kreatif seperti tas, dompet, hingga bros. Produk kreatif mereka dipajang di gerai yang menempati sebuah rumah di Jalan Kresna, Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.

Tak mau puas hanya dengan kegiatan sedekah atau donasi sampah dan bank sampah, kini mereka menggagas proyek wisata sampah. Penggagas wisata sampah yang juga anggota Kresek Nur Anisa (20) menargetkan minimal satu orang membuat satu ecobrick (one man one ecobrick).

Ubah Kebiasaan
Dengan mendaur ulang sampah secara mandiri, komunitasnya berharap mampu mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) milik Kudus. Apalagi menurut Data Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kudus, sampah yang masuk keTPA Tanjungrejo, di Kecamatan Jekulo, Kudus mencapai mencapai 120 ton hingga 130 ton, setiap hari.

TPA seluas 5,6 hektare itu pun diperkirakan hanya mampu dimaksimalkan hingga setahun ke depan. Padahal tidak semua sampah, terutama sampah rumah tangga terangkut ke TPA. Masih banyak warga yang memiliki kesadaran rendah dengan membuang sampah ke sungai atau pinggir jalan.

Anisa mengatakan, perlu terus dikampanyekan sehingga lahir budaya menghormati dan memperlakukan sampah dengan bijak. Selain terus berkampanye ke sekolah-sekolah, Kresek kini berusaha membujuk dinas terkait untuk ikut terlibat.

“Memang tak mudah mengajak warga, namun program ini perlu terus dikampanyekan untuk menumbuhkan kesadaran warga. Kami akan mempresentasikan proyek ini ke sejumlah dinas terkait agar bisa segera terealisasi. Pemkab Kudus sejauh ini memberikan respons positif,” katanya.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Kudus Kholid Seif merespons positif gagasan kreatif anak muda di Kudus itu. Ia yang melihat langsung kegiatan pembuatan ecobrick di Alun-alun Kota Kudus, Minggu lalu mengaku bangga melihat semangat anak muda untuk menyulap sampah menjadi produk bermanfaat.

Ia pun berkomitmen untuk membantu teralisasinya proyek tersebut. Kami akan berkoordinasi dengan dinas terkait agar proyek bagus ini bisa terwujud. Selain persoalan sampah yang memang butuh solusi kreatif, proyek ini juga bisa menjadi ajang pendidikan bagi anak-anak untuk menjaga kebersihan lingkungan,” katanya.

0 komentar:

Posting Komentar