Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 September 2020

“Menambang” Gas dari Limbah Tahu


LIMBAH tahu membuat warga RT 1 RW 1 Dukuh Krajan, Desa Kedungdowo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus tak tahu berapa harga gas elpiji melon terkini. Ketika ramai-ramai berita gas bersubsidi langka, api kompor mereka tetap lancar menyala.

Mereka tak pernah merasakan antre hingga berebut gas “melon”. Saban hari, gas mengalir dari instalasi pengelolahan limbah tahu melalui jaringan pipa paralon. Sepuluh tahun terakhir, warga menikmati api biogas dari pengolahan limbah pabrik tahu di daerah itu.

Siti Khotijah (60), warga Dukuh Krajan misalnya. Ia tak perlu memusingkan kenaikan harga atau kelangkaan elpiji bersubdisi. Sepanjang pabrik tahu persis di sebelah rumahnya masih berporoduksi, gas lancar mengalir ke rumah warga.

Itu artinya, ia bisa menghemat pengeluaran keluarga. Coba kita hitung. Harga elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram (tabung gas melon) saat ini di kisaran Rp 20 ribu per tabung. Taruhlan setiap rumah butuh dua tabung sebulan.

Lewat biogas limbah tahu ini, warga pun bisa menghemat hingga Rp 40 ribu per bulan. Angka yang lumayan bagi warga berpenghasilan rendah. Tinggal hitung berapa penghematan warga selama sepuluh tahun terakhir.

Gas ramah lingkungan ini pun aman. Tinggal buka keran pengaman yang terpasang di jaringan pipa, kemudian nyalakan api dengan pemantik (korek api). Api biru pun langsung menyala dari kompor. Selesai memasak, api kompor tinggal dimatikan. Keran ditutup lagi. Selesai. Sesederhana itu. 

Produksi tahu

Suripno, pengelola pabrik tahu menyebutkan ada sebanyak 23 rumah warga yang menikmati aliran api biogas limbah tahu. Aliran gas itu dipriotitaskan untuk warga kurang mampu di sekitar pabrik.

Mereka cukup membayar iuran sebesar Rp 5 ribu per bulan. Uang yang terkumpul itu digunakan untuk perawatan jaringan pipa biogas. Jika ada kerusakan pipa misalnya. Warga bergotong royong melakukan perbaikan. Jika ada yang perlu diganti, biaya diambilkan dari uang iuran itu.

“Sejauh ini aman. Gas mengalir lancar sepanjang pabrik berpoduksi. Hanya saja, warga melaporkan jika kompor cepat rusak, keropos, dibandingkan jika menggunakan elpiji dari pemerintah. Ini yang masih menjadi PR kami,” katanya.

Secara teori, limbah tahu mengandung sejumlah unsur gas seperti metana (CH4), amonia (NH3), hydrogen sulfide (H2S), dan karbondioksida (CO2). Limbah tahu difermentasikan selama satu hingga dua pekan untuk menghasilkan gas metana.

Setelah gas metana keluar, kemudian dialirkan melalui pipa dari instalasi Ipal ke kompor warga.

Instalasi pengolahan limbah pabrik tahu
Instalasi pengolahan limbah pabrik tahu

Selain “menambang” gas dari limbah tahu, melalui pengolahan ini juga mampu mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Sebelum adanya Ipal, kenang Suripno, air limbah dari pabrik tahu langsung digelontor dan dibuang ke sungai.

Sungai pun tercemar. Bau busuk mengganggu warga. Pemilik pabrik tergugah mengolah limbah tahu setelah mendapat tawaran pembangunan instalasi dari pemerintah daerah. Melalui pengolahan itu, dampak kerusakan lingkungan pun disulap menjadi gas yang bermanfaat bagi warga.

Instalasi dibangun persis di sebelah barat bangunan pabrik. Dari instalasi itu, jaringan pipa untuk menyalurkan gas dipasang ke rumah-rumah warga penerima. Tak hanya mampu menghasilkan energi terbarukan gratis untuk warga, instalasi itu juga mengurangi dampak lingkungan limbah pabrik tahu yang sebelumnya selalu panen keluhan warga.

Instalasi pengolahan limbah pabrik tahu itu merupakan bantuan pemerintah daerah pada tahun 2010 lalu

Data kantor Perumahan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kabupaten Kudus menyebutkan, ada sebanyak 37 titik IPAL biogas yang telah dibangun sejak tahun 2000. 

Selain Ipal biogas pabrik tahu, juga ada ipal untuk ternak dan pondok pesantren. Program pembangunan Ipal dimaksudkan agar warga mampu menghasilkan energi secara mandiri. Pencemaran lingkungan pun bisa ditekan.

 


Minggu, 12 April 2020

Fakta Dibalik Kasus Positif Covid-19 Pertama yang Sembuh di Kudus


SEORANG pasien positif Covid-19 di Kabupaten Kudus dinyatakan sembuh dari serangan virus korona. Ini tentunya menjadi kabar baik disaat terus melonjaknya jumlah pasien baik yang masih dalam status pengawasan (PDP) maupun positif Covid-19

Pandemi virus corona memang menjengkelkan. Sebulan terakhir masyarakat tidak bisa beraktifitas normal. Banyak kantor turup. Aktifitas UMKM pun terpukul. Pendapatan warga menurun. Belum lagi kabar dirumahkannya ribuan pekerja akibat pandemi ini.

Sembuhnya Sukarsih, 28 tahun, pasien positif Covid tentu menjadi angin segar bagi masyarakat. Keterangannya perlu dikorek. Minimal untuk pembelajaran warga yang masih membandel, mengabaikan imbauan pemerintah. .

Sukarsih (28), pasien yang dinyatakan sembuh itu merupakan seorang perawat di salah satu rumah sakit swasta terbesar di Kabupaten Kudus. Ia bertugas di ruang isolasi khusus, tempat PDP dirawat.

Berita sembuhnya Sukarsih dari Covid-19 diumumkan langsung oleh Plt Bupati Kudus Hartopo di Pendopo Kudus.

Perempuan asal Kabupaten Pati itu juga hadir sendiri memberikan testimoni di depan wartawan. Ada sejumlah fakta menarik dibalik yang perlu dicermati dari testimoni yang disampaikan oleh Sukarsih.

Berikut penuturan Sukarsih terkait awal mula ia divonis positif Covid-19 yang dikutip dari sini. :

Gejala awal Covid-19

Saya pertama kali masuk ke RS pada tanggal 25 Maret 2020. Waktu itu saya mengalami sakit perut, mungkin karena nyeri saat haid, dan diare. Juga ada pusing. Saat periksa ke IGD, saya disarankan untuk rawat inap.

Karena sejak tanggal 21 Maret saya bertugas di Ruang Isolasi Khusus sehingga saya termasuk ODP, sejak awal saya dirawat dalam 1 kamar yang isi 1 pasien dan semua perawat dan dokter sudah menggunakan APD, tidak boleh dibesuk, dan penunggu juga dibatasi.

Selama dirawat itu timbul batuk kering dan sesak nafas. Tanggal 27 Maret 2020 dokter menyarankan saya dilakukan CT Scan Thorax atau CT Scan dada.

Hasilnya ternyata mengarah ke COVID-19. Dokter bilang saya jadi PDP dan hari itu juga saya dipindah ke Ruang Isolasi Khusus untuk pasien PDP.


Menjalani Rapid Test


Tanggal 28 Maret 2020 saya dilakukan rapid test dan hasilnya ternyata positif, langsung dilanjutkan dengan swab 2 kali, yang pertama di hari yang sama dengan rapid test, yang kedua besoknya.

Saat tahu bahwa hasil rapid test positif itu sebenarnya saya takut, apalagi saat dilanjut dengan swab 2 kali. Tapi saya memilih untuk mencari kekuatan dalam doa, dan terus memotivasi diri, yakin COVID-19 bisa sembuh. 





Dukungan Keluarga


Obat dan semua advis yang diberikan dokter selalu saya terima dan lakukan dengan suka cita. Meskipun memang diisolasi, tetapi kamar yang ditempati terasa nyaman, perawat di ruang isolasi juga selalu siap menolong kebutuhan saya.

Kontak dilakukan dengan WA jika tidak ada hal yang emergensi, kalau emergensi ada tombol nurse call untuk memanggil perawat.

Keluarga dan teman mensupport penuh. Saat saya membuat status yang menyenangkan agar tetap gembira, banyak tanggapan positif yang saya terima. Saya juga dikirimi renungan dan link ibadah secara streaming sehingga semakin dikuatkan.

Sempat Alami Down

Saat diberi tahu kalau hasil PCR positif tanggal 3 April 2020, saya agak down, artinya saya benar-benar sakit COVID-19. Tapi saya tetap menyemangati diri untuk sembuh dari COVID-19. Apalagi saat itu saya sudah 3 hari tidak ada keluhan sama sekali. Besoknya, tanggal 4-5 April 2020 saya diswab lagi 2 kali.

Dokter bilang, kalau hasil 2 kali swab ini juga negatif, artinya saya benar-benar sembuh dan boleh pulang. Negatif artinya tidak ada virus lagi di tubuh saya, sehingga saat pulang juga benar-benar aman, tidak ada virus di tubuh saya yang bisa menular ke orang lain.


Hasil Swab Kedua

Semuanya indah pada waktunya. Tanggal 8 April 2020 saya diberitahu dokter bahwa hasil PCR untuk kedua swab sudah negatif, dinyatakan sembuh, bebas dari COVID-19, dan boleh pulang.

Saya bersyukur kepada Tuhan atas kesembuhan yang saya peroleh, semua hanya atas kasih karunia-Nya. Untuk masyarakat semuanya, saya mau berpesan agar tidak takut atau panik karena COVID-19, tetapi harus patuh saran Pemerintah untuk social distancing dan physical distancing.

Saya ingat 11 hari sebelum mulai sakit, saya mendatangi acara yang cukup ramai, tidak pasti apakah ada hubungannya dengan COVID-19 pada saya ini. Selain itu, minum vitamin dan obat yang diberikan dokter, selalu pakai masker, batuk dengan etika batuk yang benar.

Yang tidak kalah penting adalah support dari keluarga dan teman-teman, walaupun tidak secara tatap muka.

Support dari orang-orang terdekat ini sangat menguatkan saya untuk terus berdoa, berserah, dan tetap bahagia selama perawatan sampai akhirnya sembuh. Jangan mengucilkan orang yang terkena COVID-19.

Menjaga jarak sosial dan jarak fisik memang harus dilakukan, namun kedekatan emosional dengan support yang terus diberikan melalui telepon, video call, obrolan lewat chat, atau tanggapan positif di medsos sangat-sangat membantu dalam perjuangan sembuh dari COVID-19.

***



Dari keterangan itu, Sukarsih menduga tertular Covid-19 dari acara yang didatanginya sebelas hari sebelum merasakan sakit. Ia mengabaikan risiko tinggi pekerjaannya sebagai perawat di ruang isolasi khusus PDP sebagai tempat masuknya virus corona di tubuhnya.

Terlebih hingga saat ini, isu keterbatasan Alat Pelindung Diri (APD) masih dialami oleh petugas medis.

Terlepas dari mana virus itu masuk ke tubunya, pantas kita mengucapkan selamat atas kesembuhan Sukarsih dari Covid-19. Ini menunjukkan, masih ada harapan untuk sembuh dan terbebas dari pandemi yang menyebalkan ini.

Ada baiknya kita mengikuti anjuran Pemerintah seperti menjaga jarak sosial (physical distancing) atau tidak berkerumun, tetap di rumah, kecuali ada hal-hal mendesak atau yang penting, selalu gunakan masker, hingga rajin mencuci tangan dengan sabun.

Semoga Pandemi Covid-19 di Indonesia segera berlalu, sehingga kita bisa beraktifitas seperti biasa lagi. Aamiin.



Minggu, 20 Oktober 2019

Asas Kekeluargaan, Daya Tarik Koperasi Zaman Now

Anggota Koptasku berdiskusi di kantor koperasi

BAGI yang besar di awal 90-an, tentu mengenal betul organisasi ekonomi di tingkat desa ini. Namanya KUD. Koperasi Unit Desa, begitu kepanjangannya. Koperasi ini ada di setiap desa.

KUD menjadi “rumah” bagi para petani. Ibarat keluarga yang semua kebutuhannya tercukupi di rumah itu. Kebutuhan pupuk hingga obat-obatan untuk tanaman tersedia di KUD. Bagi petani yang cekak modal, KUD adalah solusinya. Mereka bisa mengajukan pinjaman pupuk atau obat hama, dibayar ketika panen tiba.

Tak berhenti di situ, KUD melebarkan unit usaha mulai membuka toko kelontong, jasa foto copy, hingga pembayaran rekening listrik. Setidaknya itu yang ada di ingatan saya tentang KUD. Saya menjadi saksi betapa sibuknya pengurus KUD kala itu. Setiap awal bulan, saya pasti antre membayar rekening di KUD.

Tapi itu cerita lama. Sekarang, jejak kebesaran KUD nyaris susah dilacak. Entah karena salah urus, atau dukungan kebijakan pemerintah yang kurang, KUD pelan tapi pasti bergerak mundur hingga gulung tikar.

Setelah KUD bangkrut, koperasi simpan pinjam tumbuh subur menjangkau warga di pelosok desa. Mereka menyediakan kemudahan pinjaman, tapi dengan bunga yang amit-amit. Karena tak ada pilihan lain, warga kampung yang butuh dana segar “lari” ke koperasi ini.

Sulit menemukan organisasi koperasi yang menurut definisinya yakni perserikatan yang bertujuan memenuhi keperluan anggotanya, dengan cara menjual barang keperluan sehari-hari dengan harga murah. Begitu definisi koperasi yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, jumlah koperasi aktif di Indonesia per 31 Desember 2018 sebanyak 126.343 koperasi. Dari jumlah itu, terbanyak terdapat di Jawa Timur, sebanyak 24.024 koperasi.

Total jumlah anggota yang berkecimpung di koperasi mencapai 20.049.995 orang. Jika ditotal, volume usaha mencapai Rp 145,862 triliun lebih. Modal sendiri yang dihimpun mencapai Rp 74,904 triliun lebih, sisanya modal dari luar sebanyak Rp 66,222 triliun lebih. Sisa Hasil Usaha yang tercatat lebih dari Rp 6,112 triliun.

Angka yang cukup fantastis sebagai penggerak ekonomi di zaman now. Setelah kangen melihat koperasi sebagai organisasi ekonomi yang memegang teguh prinsip dari, oleh, dan untuk anggotanya, saya kembali menemukannya saat sedang beburu tas dalam jumlah banyak.

Berjumpa Koptasku

Sebagai warga Kota Kretek yang dekat dengan internet, menjelajah dunia maya menjadi pilihan pertama saya mencari sesuatu. Semua berawal dari informasi di dunia maya. Ketika mencari informasi produsen tas di Kota Kudus melalui layar ponsel, pandangan saya berhenti di website Koptasku.

Tertarik dengan salah satu produknya, saya pun meluncur ke lokasi. Sampai akhirnya saya bertemu dengan anggota Koperasi Tas Kurma (Koptasku) di Desa Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.

Menarik. Koptasku menjadi “rumah” bersama bagi pelaku usaha kerajinan tas dan dompet di Desa Loram Wetan dan sekitarnya. Seperti dejavu. Seketika memori saya kembali ke era 90-an saat mengenal KUD yang melegenda itu. Kali ini dalam bentuk lain.

Di Kudus, usaha tas berkembang pesat di Desa Loram Wetan, Loram Kulon, dan Getas Pejaten. Di tiga desa tersebut, sudah bermunculan pengusaha besar dengan jaringan pemasaran hingga berbagai daerah di Indonesia.

Namun, banyak perajin tas yang masih kesulitan menembus pasar atau sekedar meningkatkan kualitas produksi. Mereka biasanya perajin baru. Keterbatasan modal menjadi penyebab utamanya. Lewat Koperasi Tas Kurma ini lah, persoalan ketersediaan bahan baku diatasi.

Untuk meningkatkan kualitas, mereka tak segan saling memberikan masukan terkait produk masing-masing. Uniknya lagi, para anggota bisa memperluas jaringan pemasaran melalui koperasi tersebut. Salah satunya melalui fasilitasi pameran yang digelar oleh pemerintah daerah dan website.

Dari website dan pameran itu lah jejaring usaha dibentuk. Tak sedikit order yang datang dari dua pintu tersebut.

Aneka tas produksi perajin anggota Koperasi Tas Kurma (koptasku) 
Dari jumlah anggota sebanyak 21 perajin saat dirintis akhir 2014, jumlah anggota kini bertambah menjadi 39 orang perajin. Mereka membuat aturan untuk melahirkan persaingan yang sehat antar perajin.

Salah satunya dengan mewajibkan setiap anggota membuat desain sendiri tas produknya. Para pengurus dan anggota lainnya akan memberi masukan bagian mana yang harus diperbaiki. Setelah disetujui, tas perajin akan dilabeli dengan merek Cintek.

Cintek merupakan merek bersama, kepanjangan dari Centra Industri Tas Kudus. Setiap tas diberi kode sendiri. Saat ada pesanan untuk tas kode tertentu, koperasi pun tau siapa yang membuatnya.

Dengan aktif di koperasi, para anggota yang rata-rata masih berusia muda mampu menekan biaya produksi. Misalnya dalam pembelian bahan baku. Karena jumlah anggota banyak, koperasi membeli bahan baku dalam jumlah banyak. Harganya pun lebih murah, ketimbang jika para perajin membeli bahan baku sendiri-sendiri.

Selain memasok tas ke koperasi, perajin juga dibebaskan menjual tas produksinya ke pedagang secara langsung. Dengan catatan, desain untuk dijual ke pedagang harus berbeda dengan model yang dijual melalui koperasi.

Koperasi Tas Kurma menjadi bukti kontribusi koperasi zaman now terhadap kesejahteraan bangsa. Koperasi selalu relevan dengan zaman. Bahkan teknologi digital berjasa besar mengenalkan koperasi ke dunia luas. Hingga akhirnya, mampu memberi manfaat bagi anggotanya.

Koperasi ini membuktikan mewujudkan mimpi bersama melalui koperasi bukan hal yang mustahil. Mereka yakin, koperasi sebagai sebuah organisasi ekonomi yang berdasarkan asas kekeluargaan adalah nilai plus di era yang serba cepat ini.

Ibarat rumah tempat berkumpulnya keluarga. Tidak ada atasan atau bawahan. Koperasi dibangun untuk kepentingan bersama. Persis seperti pesan Bung Hatta, Bapak Koperasi Indonesia. Pendamping Bung Karno di awal kemerdekaan RI ini pernah berkata :

“Dasar Kekeluargaan itu lah dasar hubungan istimewa pada koperasi. Di sini tidak ada majikan dan buruh, melainkan usaha bersama di antara mereka yang sama kepentingan dan tujuannya,”.

Berkaca dari kondisi sosial zaman kekinian, kekeluargaan dan kesetaraan bakal menjadi dua aspek daya tarik koperasi zaman now. Di tangan milenial, koperasi tentu akan bertransformasi menjadi bentuk yang lebih segar, namun tetap memegang prinsip dan asas koperasi.

Bukankah di Indonesia, sejarah dan tren selalu saja berulang?





Referensi :
-depkop.go.id/data-koperasi
-https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/07/25/berapa-jumlah-koperasi-di-indonesia
-Hatta Jejak Yang Melampaui Zaman, Seri Buku Saku Tempo Bapak Bangsa

Jumat, 02 Agustus 2019

Anjas Sang “Hefaistos” dan Mimpinya di Amerika

anjas omonganem.com


HEFAISTOS dalam mitologi Yunani dikenal sebagai dewa teknologi. Putra Zeus dan Hera itu adalah dewa yang (maaf) pincang. Tapi, perannya sangat penting sebagai “arsitek” persejataan bagi para dewa.

Sosok Heafaistos itu lah yang dikagumi seorang Anjas Pramono Sukamto. Seorang difabel berprestasi asli Kudus yang telah menciptakan lima aplikasi. Hebatnya, lima aplikasi yang dibuatnya untuk memudahkan sesama difabel itu memenangi kompetisi internasional. Prestasinya sudah banyak diliput oleh media. Kisah hidupnya sangat inspiratif.

Tak berlebihan jika Anjas mengidolakan Hefaitos. Bukan semata karena mereka berdua difabel. Pria 22 tahun yang masih tercatat sebagai mahasiswa semester VII Teknik Informatika Universitas Brawijaya Malang itu juga menggemari hal-hal yang berbau teknologi informasi.

Itu lah alasannya ia menggunakan nama Hefaistoo untuk akun Instagramnya. “Hefaitos, dewa teknologi menginspirasi saya untuk menunjukkan jika penyandang disabilitas juga bisa berbuat lebih,” katanya.

Saya bertemu anjas dua kali, sebelum belakangan ia sibuk “roadshow” bertemu sejumlah menteri. Lewat akun Instagramnya, Anjas memamerkan pertemuannya dengan Menpora Imam Nahrawi, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, dan Menkominfo Rudiantara.

Melihat segala kelebihannya, layak jika Anjas diundang Gus Deddy Corbuzier untuk acara talkshow Hitam Putih.

Kali pertama saya bertemu Anjas saat dia hadir di acara Jagong Pelataran yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Kudus, Rabu 24 Juli 2019 malam. Di hadapan Bupati Kudus HM Tamzil, yang dua hari kemudian kena OTT KPK itu, Anjas berbicara lantang menyuarakan hak-hak difabel pada fasilitas pedestrian di Kota Kudus.

Kamis siangnya, saya kembali bertemu dia di cafe Susu Muria. Di depan awak media yang mengundangnya untuk berwawancara, Anjas kritis menyoroti kebijakan publik terkait hak-hak penyandang disabilitas di tanah kelahirannya.

Belakangan saya tahu, daya kritisnya terasah di organisasi PMII di Malang. Ia kini didaulat menjadi ketua PMII Brawijaya.

Pada pertemuan kedua ini, ia panjang lebar menceritakan lima aplikasi yang dibuatnya, termasuk rencananya ke negeri Paman Sam untuk mengikuti kuliah intensif atas undangan Pemerintah Amerika, September nanti.

Ia terlihat serius menyiapkan diri mengikuti Youth South East Asian Leadres Initiative (YSEALI) di Amerika. Proposal proyek sosial Anjas yang mengangkat tema Gusjigang menarik perhatian Kedutaan Amerika yang mewawancarainya via Skype.

Gusjigang yakni akronim Bagus, Ngaji dan Berdagang, warisan Sunan Kudus. Ia menyisihkan ribuan pendaftar. Tahun ini, hanya ada tiga mahasiswa dari Indonesia yang lolos seleksi.

Anjas akan mengikuti kuliah intensif selama sekitar dua bulan di Amerika. Rencananya, ia akan terbang ke Amerika, September nanti. Di sana, ia akan berdiskusi dengan profesor untuk memperdalam proyek sosialnya tentang Gusjigang.

Ia adalah satu-satunya peserta difabel, dari tiga peserta yang lolos seleksi. Dua mahasiswa lainnya berasal dari Padang dan Madura.

YSEALI merupakan program pertukaran pelajar ke Amerika dengan tujuan menjaring pemimpin-pemimpin muda dari negara ASEAN. Melalui program ini, peserta berkesempatan kuliah secara intensif dan berdiskusi dengan profesor di kampus tujuan untuk memperdalam proyek sosialnya, selama kurang lebih dua bulan. Seluruh biaya ditanggung oleh Pemerintah Amerika.

Anjas adalah bukti bahwa penyandang disabilitas mampu menembus batas dan bersaing dengan pelajar normal lainnya. Sulung dua bersaudara pasangan Sukamto (46) dan Sri Susilowati (43), ini terlahir normal layaknya bayi pada umumnya.

Kecurigaan ada yang “tidak beres” di tubuh Anjas bermula karena seringnya ia mengalami patah tulang di bagian kaki. “Setiap jatuh tulang kaki saya patah, bahkan kesetrum listrik juga patah,” katanya.

Setelah berobat ke banyak dokter, jawaban “kelainan” di tubuh Anjas diketahui saat berobat ke Bandung. Ia didiagnosa menderita penyakit langka Osteo Genesis Imperfecta atau kerapuhan tulang.

Sejak kelas III sekolah dasar insiden patah tulang semakin sering, hingga membuat kedua kakinya tidak bisa tumbuh layaknya anak-anak lainnya. Sejak itu, ia membutuhkan alat bantu untuk bisa berjalan.

Tuhan maha Adil. Kakinya memang rapuh. Tapi ia mendapat anugerah kecerdasan lebih. “Saat lulus SD nilai saya rata-rata sembilan. Nilai matematika saya sepuluh,” katanya.

Ditolak Sekolah

Meski “berotak encer”, warga Desa Besito, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus ini pernah ditolak saat masuk salah satu SMP Negeri di Gebog. Alasannya, sekolah tidak memiliki guru pendamping khusus. Fasilitas sekolah untuk murid difabel pun belum ada.

Ngotot masuk dan akhirnya diterima, cobaan Anjas berlanjut saat duduk di bangku SMP. “Bully-an hampir setiap hari saya rasakan, hingga saya benar-benar drop dan mental saya jatuh,” katanya.

Jika SMP adalah cobaan berat, kondisi sebaliknya dialaminya saat masuk di SMA. Karena ia merasakan beratnya sekolah di kampung, ia pun meminta orang tuanya untuk mendaftarkannya ke SMA 2 Kudus.

Di situlah titik balik kehidupannya bermula. Ia bertemu dengan guru-guru yang sangat peduli. Bahkan, sekolah membuatkannya jalur khusus penyandang disabilitas tuna daksa. Rekan-rekan di sekolahnya pun memberi dukungan positif.

Padahal niat awalnya memilih masuk ke SMA 2 selain untuk menghindari bully-an, juga karena ada kelas unggulan Fisika yang diampu Johanes Surya di SMA itu. “Ternyata saya diberi kemudahan lebih oleh Allah,” katanya.

Bakat akademik Anjas pun terus terasah. Berbagai prestasi perlombaan ia sabet. Lulus SMA, ia diterima di UB Malang dari jalur pendaftar difabel. Pilihannya masuk Teknik Informatika tak salah.

Hingga semester VII Anjas telah menyabet prestasi internasional lewat lima aplikasi berbasis android yang dibuatnya. Lima aplikasi untuk difabel yang dibuatnya yakni Aplikasi bahasa insyarat “Difodeaf” yang dibuatnya menyabet medali emas di sebuah kompetisi di Malaysia, “Locable” untuk memudahkan difabel memantau lokasi-lokasi yang ramah bagi penyandang disabilitas, dan “Jubilitas” yakni aplikasi jual beli khusus untuk difabel.

Ia juga membuat aplikasi guru ngaji dan aplikasi transportasi untuk memantau pergerakan moda transportasi umum. Kelima aplikasi itu menyabet penghargaan di kompetisi internasional.

Proyek sosial tentang Gus Ji Gang diinisasi untuk memberdayakan para santri. Ia telah berdiskusi dengan pemangku kebijakan di lingkungan Pemkab Kudus. Anjas berharap proyek sosial ini membutuhkan dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah lokal di Kudus.

“Di zaman ini, semuanya lebih mudah jika ada kolaborasi. Kolaborasi kunci penting untuk kesuksesan di zaman teknologi ini,” ujarnya sebelum menyeruput kopi, kemudan pamit ke kamar kecil.

Ia pun beranjak dari tempat duduknya. Meraih dua kruk yang disandarkan di tembok persis di belakangnya, dan beranjak ke kamar kecil untuk menunaikan hajatnya.




Rabu, 15 Mei 2019

Gubug Warna Semai Budaya Literasi Keluarga


BAGAS langsung duduk bersila, berbaur dengan puluhan anak lainnya di halaman sebuah rumah di Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Minggu (12/5) sore. Bocah sepuluh tahun itu awalnya terlihat malu-malu karena datang terlambat.

Namun setelah mendengar ajakan temannya untuk segera duduk, ia pun tak canggung segera bergabung. Sore itu, Bagas dan anak-anak Desa Karangmalang terlihat gembira mengikuti acara Ngabuburead.

Kegiatan kreatif itu digagas Komunitas Gubug Warna. Ngabuburead diambil dari gabungan dua kata ngabuburit (sore menunggu berbuka) dan “read” bahasa inggris yang berarti membaca.

Ngabuburead secara khusus digelar untuk mengisi kegiatan anak-anak menjelang bedug magrib di bulan Ramadan. Selain membaca buku, anak-anak diajak bermain kreatif membuat sapu tangan celup warna-warni, kreasi bunga, menari tari kretek, dan permainan akustik.

Keseruan anak-anak Minggu sore itu hanya bisa dihentikan oleh bedug diiringi kumandang azan magrib tanda berbuka puasa tiba. “Ayo saatnya berbuka. Jangan berebut, semua pasti mendapat,” seru Hendro Wibowo (28), pengagas Gubug Warna.

BACA JUGA :

Komunitas Kereta Pelangi Daur Ulang Sampah untuk PendidikanPerangi Perang Dengan Lagu

Komunitas Gubug Warna berdiri sekitar Juni 2017. Gubug Warna kini menjadi tempat bermain dan belajar anak-anak Desa Karangmalang. “Bermain memang kami utamakan, termasuk dalam belajar. Dengan bermain anak-anak bisa lebih betah dan menangkap isi pelajaran yang diberikan,” katanya.

Gewol, panggilan akrab Hendro Wibowo menggagas Gubug Warna setelah lama aktif bersama komunitas Omah Aksi (OA) Kudus. Di saat berkecimpung di dunia literasi, sosial, dan pendidikan anak bersama OA itulah, Gewol membayangkan kenapa tidak membuat komunitas serupa di desanya.

“Saat itu saya berfikir jika hanya bersama OA, maka anak-anak di sekitar lingkungan OA yang mendapatkan manfaatnya. Mengapa saya tidak pulang dan mendirikan komunitas serupa di desa saya,” katanya.

Niat itu didukung relawan OA lainnya. Bahkan, sejumlah relawan OA lainnya juga tertarik mendirikan komunitas serupa di desanya masing-masing. Dengan mendirikan komunitas literasi di desa masing-masing, lanjut Gewol, manfaatnya akan semakin banyak, jejaring pun semakin luas.

Mengajak sejumlah teman dan tetangganya, mulailah Gewol mendirikan Gubug Warna dengan memanfaatkan rumah warga untuk “gubug” bermain. Setiap berkegiatan, Gewol tak lupa melibatkan komunitas-komunitas anak muda di Kudus.



Dengan saling berjejaring, anak-anak muda di lintas komunitas itu pun saling gotong royong setiap menggelar kegiatan. Tak hanya soal dana untuk kegiatan, mereka pun saling membantu untuk mengumpulkan donasi seperti buku bacaan hingga perlengkapan untuk permainan anak. Saling bantu ini sudah menjadi hal yang biasa.

Pada acara Ngabuburead itu misalnya, Gubug Warna menggandeng mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muria Kudus (PGSD UMK), komunitas Pustaka Jalanan, serta komunitas musik kenalannya.

Biaya

Gewol dan rekan-rekannya tak terlalu memusingkan hal pembiayaan. Ia yakin, uang ada di mana-mana. Buktinya saat akan menggelar kegiatan seperti Ngabuburead itu, banyak rekan yang secara sukarela membantu baik uang, tempat, maupun makanan.

“Setiap kegiatan, kami tekankan uang donasi harus habis dimanfaatkan untuk kegiatan. Jangan sampai ada sisa uang kas,” katanya.

Gubug Warna semula bermarkas di sebuah rumah berarsitektur joglo di Karangmalang. Namun karena belum lama ini rumah itu kembali digunakan oleh pemiliknya, Gewol dan rekan-rekannya pun berinisiatif menggunakan rumah-rumah warga.

Ide itu direspons positif warga Karangmalang. Jadilah setiap kegiatan, warga yang memiliki rumah dengan halaman luas, dijadikan tempat bermain dan belajar anak-anak komunitas Gubug Warna.

Secara tidak langsung, kegiatan dari rumah ke rumah warga itu juga sekaligus menebar virus budaya literasi keluarga. “Karena berpindah-pindah tempat, muncul kesadaran orang tua untuk mendukung aktivitas anak dalam belajar, sekaligus mendampingi anak-anaknya,” katanya.

Tak hanya asyik dengan kegiatannya, Gubug Warna juga sering dilibatkan Pemerintah Desa Karangmalang. Terutama untuk kegiatan kreatif anak-anak muda. Adi (47), warga Karangmalang mengapresiasi kegiatan komunitas itu.

“Di saat anak-anak sering sibuk dengan ponsel, kegiatan kreatif apalagi untuk meningkatkan minat baca perlu digalakkan. Saya sebagai orang tua mengapreasiasi anak-anak muda Gubug Warna yang peduli pada pendidikan anak di desa kami,” katanya.


Aktivitas Komunitas Gubug Warna itu memberikan pengalaman baru bagi Sofi Famala (20). Mahasiswi PGSD UMK itu semula mau bekerjasama dengan Gubug Warna sebatas untuk memenuhi tugas kuliah.

“Kami tertarik setelah melihat dokumentasi kegiatan mereka di media sosial. Melihat antusiasme anak-anak, sepertinya kami akan sering-sering terlibat di kegiatan Gubug Warna,” katanya.



*) tulisan ini tayang di halaman Kudus Suara Merdeka, Senin (13/5/2019)

Senin, 29 April 2019

Inilah Komposisi Anggota DPRD Kudus Periode 2019-2024

BELAKANGAN ini beredar nama-nama caleg DPRD Kudus yang diprediksi lolos ke “bancik duwur” julukan gedung DPRD Kudus. Dari perhitungan rekapitulasi di tingkat kecamatan oleh PPK, inilah nama-nama caleg yang berpeluang menjadi anggota DPRD Kudus 2019-2024.


Tulisan ini berdasarkan hasil rekapitulasi yang dikumpulkan dari Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) sembilan kecamatan di Kabupaten Kudus. Angka-angka pada rekapitulasi PPK ini bisa saja berubah, jika nanti pada rekapitulasi tingkat kabupaten terjadi revisi.

Namun dari pengalaman Pemilu sebelumnya, perubahan angka di tingkat kabupaten Kudus tidak terlalu signifikan. Menunggu hasil resmi KPU merupakan langkah bijak. Tulisan ini hanya membantu anda untuk menggambarkan bagaimana komposisi DPRD Kudus periode mendatang.

Dari hasil rekapitulasi PPK di sembilan kecamatan, PDIP tetap unggul dengan delapan kursi. Kursi PDIP turun satu dibanding periode 2014-2019. PKB dan Golkar masing-masing memiliki tujuh kursi. PKB naik satu kursi.

Kenaikan kursi Golkar cukup signifikan. Periode 2014-2019 partai bergambar pohon beringin ini memiliki empat kursi. Kini naik menjadi tujuh kursi. Kursi Partai Gerindra juga naik dari lima menjadi enam kursi.

Dengan jumlah kursi tersebut, keempat Parpol itu tetap akan menduduki kursi pimpinan DPRD. Jumlah kursi PKS dan Nasdem masing-masing sebanyak empat kursi. PAN mendapat sebanyak tiga kursi. Sementara Hanura, Demokrat, dan PPP masing-masing dua kursi.

Yang menarik, hampir separuh anggota DPRD Kudus adalah wajah baru. Dari total 45 anggota DPRD Kudus, sebanyak 19 wakil rakyat merupakan wajah baru. Wajah baru itu pun sebagian “stok lama” yang kebetulan periode 2014-209 tidak mencalonkan diri, atau gagal di Pemilu lalu.

Sementara itu, Partai Bulan Bintang (PBB) diperkirakan bakal kehilangan satu-satunya kursi di DPRD Kudus di DPRD Kudus periode 2019-2024.


Dapil I Kudus (Kecamatan Kota - Jati)

Dapil II Kudus (Kecamatan Kaliwungu - Gebog)

Dapil III Kudus (Kecamatan Jekulo - Dawe)

Dapil IV Kudus (Bae - Mejobo - Undaan)






DISCLAIMER : Tulisan dan angka-angka ini merupakan penghitungan rekapitulasi manual di tingkat PPK. Keputusan resmi siapa yang duduk menjadi anggota DPRD Kudus masih menunggu penetapan KPU Kabupaten Kudus.

Kamis, 17 Januari 2019

Hoax Pemilu dan Peran Penting Relawan Demokrasi

omonganem hoax pemilu


Perkembangan dunia teknologi dan informasi tak selamanya memberi dampak positif untuk masyarakat. Dampak negatif penggunaan teknologi informasi kerap dirasakan, salah satunya melalui penyebaran hoax pemilu dan ujaran kebencian.


Hoax dan ujaran kebencian biasanya kian marak saat musim hajatan pemilu mau pun pilkada. Kecanggihan piranti telekomunikasi dan informasi melalui layanan aplikasi internet menjadi “media andalan” untuk menyebarkannya.

Dampak hoax pemilu dan ujaran kebencian jika berkaca dari pengalaman Pilpres 2014 dan 2018, sangat memilukan. Masyarakat benar-benar “terbelah”. Tidak hanya dalam dunia maya tapi juga dunia nyata. Bahkan masuk ke ruang-ruang sosial kemasyarakatan yang berdimensi “sakral”. Kondisi ini masih terus berlangsung hingga kini.

Tahun ini hingga 2019 mendatang, Indonesia punya hajatan besar demokrasi. Yakni Pemilu Umum untuk memilih anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/kota, DPD dan bahkan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

Potensi munculnya hoax dan ujaran kebencian oleh pihak tak bertanggung jawab sangat besar sekali seiring hajatan besar demokrasi tersebut. Dan pihak yang paling rawan menjadi korban hoax dan ujaran kebencian adalah pelajar, mahasiswa dan generasi muda pada umumnya.

Dari sisi usia, kalangan muda adalah kelompok yang kerap bersinggungan dengan internet maupun medsos dengan segala sisi baik maupun buruknya. Mendekati Pemilu 17 April 2019, penyebarluasan hoax diperkirakan semakin marak.

Bahkan penyebarnya tak menyadari jika informasi yang disebarluaskan melalui media sosial adalah kabar hoax. Contoh nyata yakni kabar tujuh kontainer berisi 70 juta surat suara yang telah dicoblos untuk kolom pasangan calon presiden dan wakil presiden, baru-baru ini.

Beruntung KPU cepat tanggap dengan mengecek langsung ke Tanjung Priok, lokasi yang disebut tempat penyimpanan kontainer. Meski KPU sudah menegaskan kabar tersebut hoax, namun tak sedikit warga yang sudah terlanjur percaya atas kabar tersebut.

Jika hoax terus bermunculan, maka dikhawatirkan kepercayaan publik terhadap KPU bakal menurun. Di sini lah peran penting edukasi pemilih untuk tak serta merta mempercayai informasi yang diterimanya.

Perlu langkah kongkrit sebagai upaya pencegahan agar hajatan Pemilu tahun 2019, khususnya di Kabupaten Kudus berjalan demokratis, berintegritas tanpa hoax dan ujaran kebencian.

Upaya pencegahan harus dikedepankan untuk menangkal munculnya konten negatif yang berpotensi memicu konflik sosial dan memecah belah elemen masyarakat. Pencegahan munculnya hoax dan ujaran kebencian pada tahun politik ini dilakukan sejak dini maka dampak negatifnya juga bisa diminimalisir dengan maksimal.

Hoax dan ujaran kebencian tak hanya berpotensi mengganggu pelaksanaan Pemilu yang berkualitas. Penyebarluasan hoax dan ujaran kebencian juga dikhawatirkan mampu merongrong persatuan dan kesatuan NKRI.

KPU bulan ini merekrut ribuan relawan demokrasi Pemilu 2019 se-Indonesia. Relawan dibentuk dalam 10 basis pemilih berbeda, antaranya basis keluarga, basis pemilih pemula, basis pemilih perempuan, penyandang disabilitas, keagamaan, komunitas, dan basis warga internet (netizen).

Masing-masing basis terdiri atas lima orang relawan. Metode sosialisasi yang digunakan bisa melalui simulasi, bermain peran, diskusi kelompok, ceramah, hingga sosialisasi ke media sosial.

Diliriknya basis warga internet (netizen) ini patut diapresiasi. Apalagi syarat utama calon relawan yang mendaftar di basis pemilih ini minimal memiliki seribu pengikut di akun media sosialnya.

Relawan demokrasi ini tentunya bakal menjadi ujung tombak dalam sosialisasi kepemiluan. Salah satunya menjadi kepanjangan tangan KPU dalam memberikan informasi yang benar kepada masyarakat di basis relawan.

KPU memang menyediakan honor Rp 750 ribu per bulan bagi relawan. Namun, honor itu seharusnya tidak menjadi motif utama bagi para pendaftar. Pasalnya, beban dan tanggung jawab dalam mensosialisasikan Kepemiluan tentunya harus diutamakan.


Dengan penyampaian informasi yang benar secara masif, diharapkan masyarakat semakin melek informasi. Ancaman disintegrasi atas wabah hoax wajib ditangkal. Keutuhan bangsa tetap terjalin di tengah panasnya suhu politik pelaksanaan Pemilu. 

Melalui komunitas, peran penyebarluasan berita yang benar dan bertanggung jawab bisa ditingkatkan. Ujungnya, hajatan demokrasi Pemilu 2019 berkualitas.




Selasa, 11 Desember 2018

Memperkaya Literasi Digital di Tengah “Tsunami” Layanan Teknologi

omonganem lomba blog bi


PESAN singkat itu tiba-tiba masuk ketika tengah asyik-asyiknya cuci mata di salah satu layanan aplikasi toko online (e-commerce). Pesan singkat itu berbunyi “Selamat anda terpilih pemenang dr pt.whatsapp pin 1jk98M3) u/info klik (nama akun blogspot),”

Di saat banjir diskon saat pesta hari belanja online nasional (harbolnas) akhir tahun ini, siapa yang tak gelap mata mendapat pesan singkat mengabarkan bakal mendapat hadiah. Ibarat kata : Mendapat durian runtuh. Lumayan untuk tambahan amunisi untuk menghadapi godaan Harbolnas.

Tapi tunggu dulu. Jika pesan singkat itu dituruti, pastinya bukan untung yang didapat. Daripada menyesal, abaikan saja pesan singkat seperti itu. Pesan singkat serupa sarat dengan keanehan. Pertama, coba kita ingat-ingat dulu, kapan kita pernah ikut lomba? Kok tiba-tiba diumumkan menjadi pemenang. Jika tidak pernah, abaikan...!

Apalagi melihat laman yang masih menggunakan layanan blogspot. Perusahaan bonafide, pasti menggunakan laman website misalnya www (dot) nama perusahaan (dot) com, id, net atau yang lainnya. Jelas-jelas ini modus penipuan.

Pesan lainnya juga masuk. Isinya tak kalah menggiurkan. “PROMO CUCI Gudang (menyebut nama toko elektronik” Dptkan Handphone SAMSUNG, IPHONE, OPPO, VIVO dgn harga Murah Cuma 750.000 & laptop 1 jt. Yg Minat Silahkan chat WA (menyebutkan nomor telepon)”

Sudah tuntas baca, abaikan, lanjut cuci mata di toko online langganan...!

Mengabaikan pesan singkat,atau email, yang mencurigakan memang wajib kita lakukan. Entah dari mana pengirim pesan bisa mendapat nomor telepon atau email pribadi kita. Namun, seringnya kita bertransaksi online atau menggunakan layanan aplikasi, bisa menjadi pintu masuk mereka untuk mengakses data pribadi kita.

Sekali lagi, kehati-hatian kita sebagai konsumen mutlak diperlukan agar aman bertransaksi. Di tengah tsunami atau membanjirnya kemudahan layanan aplikasi teknologi saat ini, memperkaya literasi digital adalah harga mati.

Banyak situs atau website yang menjabarkan tentang Perlindungan Konsumen agar #amanbertransaksi via online. Salah satu rujukan literasi yang lengkap dan kredibel, bisa kita akses di laman Bank Indonesia.

Di situs itu, berbagai layanan dan tips keamanan bertransaksi secara virtual disajikan lengkap dan detil. Yang kita perlukan adalah menyisihkanwaktu, menyempatkan diri untuk membacanya dengan cermat.

Pada halaman website Bank Indonesia aman bertransaksi edukasi perlindungan konsumen, BI sebagai bank sentral Indonesia mewanti-wanti agar konsumen berhati-hati khususnya dalam menyimpan kartu debit atau kredit.

omonganem lomba blog bi

Sebagai konsumen, kita juga harus memastikan layanan e-commerce yang digunakan telah memiliki sertifikat kemanan (verified). Perlu juga memanfaatkan fitur keamanan tambahan seperti 3-D secure untuk melakukan transaksi ecommerce.

Sistem bank akan mengirimkan kode sekali pakai atau One Time Password (OTP) melalui SMS ke nomor telepon atau email nasabah pada saat nasabah akan melakukaan transaksi online.

Yang lebih penting lagi, jangan memberikan informasi penting seperti nomor kartu, tanggal expired kartu dan kode pengaman katu (CVV atau CVC) kepada siapa pun melalui media apa pun. Terakhir, jangan memberikan username dan password kepada pihak lain yang tidak bertanggung jawab.

Tak butuh waktu lama untuk membaca dan memahami isi “turorial” aman bertransaksi tersebutkan? Daripada menyesal, tidak ada ruginya banyak membaca, memperkaya literasi teknologi digital agar kita semakin tenang dan aman bertransaksi.

Regulasi Pemerintah


Di sisi lain, Pemerintah juga perlu memperkuat regulasi dan penindakan oknum-oknum yang menyalahgunakan data pribadi kita. Pemerintah perlu membuat perangkat yang fokus mengidentifikasi pencurian data via daring (online).


Dengan perkembangan teknologi saat ini, upaya itu bukan hal yang sulit dan mustahil dilakukan. Apalagi oleh Pemerintah dengan segala perangkatnya. Pemerintah maupun pihak yang memiliki kewenangan, juga perlu melakukan verifikasi terhadap penyedia layanan belanja online, atau jasa digital lainnya, yang dari tahun ke tahun semakin menjamur.

Keluhan atau testimoni konsumen yang banyak berseliweran di media sosial, sudah cukup menjadi pijakan awal dalam menindak penyedia jasa nakal. Seringnya, testimoni atau keluhan konsumen justru menjadi amunisi penyedia layanan untuk “mengkriminalisasi” konsumen dengan dalih pelanggaran UU ITE.

Jika perlu, pemerintah melalui kementerian terkait membentuk lembaga atau otoritas yang secara khusus memantau aktivitas transaksi online. Lembaga tersebut secara rutin perlu mengumumkan ke publik penyedia jasa layanan mana saja yang mendapat teguran atau sanksi tegas.

Peringatan itu penting bagi konsumen sebagai referensi penyedia jasa mana yang terpercaya. Pemerintah sekaligus memperkuat peran lembaga perlindungan konsumen tak hanya sebatas transaksi di dunia nyata, namun juga transaksi di dunia maya.



Disadari atau tidak, masih seringnya kita mendapatkan sms dan telepon pengumuman undian abal-abal, atau pun penawaran jasa asuransi atau yang lain, membuktikan data pribadi kita belum sepenuhnya aman dari jangkauan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Selain berhati-hati memberikan data pribadi kepada pihak lain, memperkaya literasi teknologi digital penting untuk membentengi diri menghadapiderasnya tsunami layanan kemudahan transaksi via online.





Senin, 19 November 2018

Dengan Lagu, Teater Tanah Air Serukan Hentikan Perang

SETELAH hanya bisa melihat pentas kelompok Teater Tanah Air (TTA) di berita televisi atau channel youtube, akhirnya saya berkesempatan menonton akting anak-anak hebat ini secara langsung.


Mereka mementaskan lakon “Help” karya Putu Wijaya di GOR Djarum Kaliputu, Kudus, Sabtu 17 November 2018 malam. Lewat Help, TTA ingin menyerukan dihentikannya perang di penjuru dunia.

Perang tidak sekedar urusan para orang dewasa. Justru anak-anak lah yang paling dirugikan dari peperangan yang terjadi. Begitu kira-kira pesan yang ingin disampaikan kelompok teater yang mayoritas pemainnya masih kanak-kanak tersebut.

Seperti yang sudah-sudah, kelompok teater yang baru menyabet juara di Jerman ini menyuguhkan akting dalam balutan pementasan teater musikal. Sebanyak 17 anak dibantu dua kru lighting (lampu) yang tampil di panggung. Penonton juga “membantu” pementasan TTA makam itu.

Dikisahkan, dua “penjahat” yang menyaru sebagai robot alien berniat mencuri bulan. Anak-anak yang tak ingin kehilangan bulan pun bahu membahu mengusir robot jahat itu. Bulan bagi anak-anak, merupakan representasi kebahagiaan dan mimpi yang harus dipertahankan.

Lewat syair-syair lagu, mereka mengecam dan menyerukan agar segala bentuk perang segera dihentikan.

Di dunia selamatkan bumi hanya bisa memakai hati

Jangan lupa hapuskan benci

hanya bisa dengan menari

Bulan purnama membantu kita

Sudah waktunya hentikan perang

Dengan lagu ini hapuskan perang

Sama-sama memikul duka

Sama-sama rasa berbagi suka


Uniknya TTA tampil “mengacaukan” pakem-pakem teater yang banyak diajarkan. Seperti misalnya dua kru lighting yang berdiri di depan panggung sembari menyorotkan lampu ke para pemain. Kehadiran mereka memang mengga

Dalam satu adengan seorang kru lampu masuk ke panggung bermain dengan para pemain. Ketika berusaha menangkap dua tokoh jahat robot pencuri bulan, pemain pun turun ke panggung mengajak penonton ikut membantu.

Sekat panggung dan penonton pun tak ada lagi. Para penonton ikut dalam permainan akting pemain TTA. “Saat pentas di Jerman, konsep ini membuat para seniman dunia terkaget-kaget. Pentas kami bahkan menjadi kajian seniman-seniman di sana,” kata Jose Rizal Manua, sutradara Teater Tanah Air.

Usai pementasan, sutradara gaek ini banyak mengupas model pertunjukan ala kelompok teater yang banyak penyabet penghargaan internasional itu. Menurutnya, teater anak-anak berbeda dari teater dewasa. Sebagai sutradara, ia tak mungkin mengarahkan anak-anak berakting layaknya aktor dewasa.

Di kelompok teater yang pernah pentas di gedung PBB itu, anak-anak dibebaskan dalam mengimajinasikan aktingnya. Dalam proses latihan misalnya, metode bermain-main dengan imajinasi menjadi menu utamanya. Jose mencontohkan, dalam sebuah latihan anak-anak diajak berimajinasi bagaimana jika tiba-tiba ada lebah yang menyerang.

“Mereka bebas mengekspresikan baigama harus menghindar dari sengatan lebah. Berikutnya anak-anak membayangkan jika lebah yang menyerang jumlahnya ribuan, puluhan ribu, hingga ratusan ribu. Setelahnya, bagaimana jika mereka yang menjadi lebah. Bagaimana mereka menyerang orang,” katanya.

Dari latihan imajinasi itu, maka seluruh motorik anak bekerja sesuai imajinasi yang dibayangkan. Bagi Jose Rizal Manua, akting yang baik adalah ketika seluruh tubuhnya ikut bermain.

Ekspresi takut atau marah tidak hanya ditunjukkan lewat mimik wajah saja. Tangan, kaki, badan, harus bergerak menunjukkan ekspresi ketakuran. Urusan koreografi, baru diberikan ketika musik dan lagu sudah jadi.

“Tak apa-apa jika ada anak yang tidak hafal tariannya. Yang penting bagaimana membangkitkan semangat mereka untuk mengeksplorasikan diri,” katanya.

Usai pentas di Kudus, TTA kini menyiapkan pentas pertunjukan “Help” di Taman Ismail Marzuki (TIM), Desember mendatang. Pertunjukan akhir tahun nanti akan dikemas berbeda menggunakan teknologi mapping panggung. 

Melihat pentas mereka, pertunjukan teater harusnya menjadi ladang bergembira bagi anak-anak. Pelatih memang harus bersabar dan bekerja keras bagaimana membangkitkan semangat dan imajinasi anak-anak. Referensi penting bagi yang kerap menyerukan Teater Untuk Pendidikan.


Minggu, 18 November 2018

Inilah Daftar Lengkap Juara Festival Teater Pelajar 2018




KOMUNITAS teater pelajar di Kudus baru saja menggelar hajatan besar. Hajatan itu bernama Festival Teater Pelajar (FTP) 2018. Festival yang rutin digelar setiap tahun oleh kelompok Teater Djarum itu tahun ini memasuki tahun ke-11.


Tahun 2018 ini, FTP ke-11 diikuti oleh 22 kelompok teater pelajar se-Kabupaten Kudus, terdiri dari 10 teater pelajar tingkat SMP dan 12 teater pelajar tingkat SMA yang telah melalui babak penyisihan pada 15 – 19 Oktober 2018.

Tim juri seleksi teater pelajar tingkat SMP/MTs/Sederajat, antara lain: Teresa Rudiyanto (Teater Djarum) dan Nur Sam (praktisi teater dari Pati) yang akhirnya memutuskan empat kelompok yang maju ke final, yakni: Teater NSA SMP 3 Gebog, Teater Bobot SMP 1 Kudus, Teater Espero SMP 2 Kudus dan Teater Ukur MTs NU Maslakul Falah.

Untuk tingkat pelajar SMA, juri yang terdiri dari Andreas Teguh Prayoga (Teater Djarum) dan Yogi Swara Manitis Aji (praktisi teater dari Solo) memutuskan empat finalis, yakni: Teater Jangkar Bumi MA Qudsiyyah, Teater Patas SMA 1 Bae, Teater Apotek SMK Farmasi Duta Karya, dan Teater Ramarsaku SMK Raden Umar Said.

FTP merupakan salah satu agenda rutin dari Teater Djarum, yang konsisten membina kerja sama dengan seniman, komunitas kesenian, budayawan, dan berbagai pihak untuk mengembangkan jaringan kerja seni dan membuka ruang ekspresi dan apresiasi masyarakat di bidang seni teater.

Tak tanggung-tanggung, final FTP 2018 menghadirkan tiga orang juri yakni Ruth Marini, pemeran Sinto Gendeng, guru bela diri Wiro Sableng, Aktris Sita Nursanti, dan Sutradara Yogi Swara Manitis Aji.

Berikut adalah daftar lengkap pemenang Festival Teater Pelajar 2018 Tingkat SMP

Teater Terbaik 1 Teater Bobot - SMP 1 Kudus

Teater Terbaik 2 Teater Negeri Satu Atap (NSA) - SMP 3 Satu Atap Gebog

Teater Terbaik 3 Teater Ukur - MTs NU Maslakul Falah

Teater Terbaik 4 Teater Espero - SMP 2 Kudus

Sutradara Terbaik Sugiarto dari Teater Bobot - SMP 1 Kudus

Aktor Utama Terbaik Richo Veri Setiawan sebagai Soleman dalam naskah TUK (Mata Air) - Teater NSA - SMP 3 Satu Atap Gebog

Aktris Utama Terbaik Ika Lestariana sebagai Mbah Kawit dalam naskah TUK  (Mata Air) - Teater NSA - SMP 3 Satu Atap Gebog

Aktor Pendukung Terbaik Anggih Prabowo sebagai Bibit dalam naskah TUK (Mata Air) - Teater NSA - SMP 3 Satu Atap Gebog

Aktris Pendukung Terbaik Putri Wulan Puspita Sari sebagai Mbok Dhe Jemprit dalam naskah TUK (Mata Air) - Teater NSA - SMP 3 Satu Atap Gebog

Penata Set Panggung dan Lampu Terbaik Rahmat Eko dari Teater NSA - SMP 3 Satu Atap Gebog

Penata Rias dan Busana Terbaik Anika Novianti dari Teater Ukur - MTs NU Maslakul Falah

Penata Musik Terbaik Eko Purnomo, S.Pd, M.Pd dari Teater Bobot - SMP 1 Kudus



Berikut adalah daftar pemenang Festival Teater Pelajar 2018 Tingkat SMA

Teater Terbaik 1 Teater Jangkar Bumi - MA Qudsiyyah

Teater Terbaik 2 Teater Patas - SMA 1 Bae

Teater Terbaik 3 Teater Ramarsaku - SMK Raden Umar Said

Teater Terbaik 4 Teater Apotek - SMK Farmasi Duta Karya

Sutradara Terbaik M. Nur Kholis - Teater Jangkar Bumi - MA Qudsiyyah

Aktor Utama Terbaik Dino Hendriansyah sebagai Dukun dalam naskah Dukun- dukunan - Teater Jangkar Bumi - MA Qudsiyyah

Aktris Utama Terbaik Eka Retno Diana Putri sebagai Ibu dalam naskah Ayahku Pulang - Teater Patas - SMA 1 Bae

Aktor Pendukung Terbaik M. Ja'far Munta'arif sebagai Anak dukun dalam naskah Dukun-dukunan - Teater Jangkar Bumi - MA Qudsiyyah

Aktris Pendukung Terbaik Vanni Fierputeri sebagai Maimun dalam naskah Ayahku Pulang - Teater Patas - SMA 1 Bae

Penata Set Panggung dan lampu Terbaik Arif Chasanul Muna - Teater Jangkar Bumi - MA Qudsiyyah

Penata Rias dan Busana Terbaik M. Rizal Muhaimin - Teater Jangkar Bumi - MA Qudsiyyah

Penata Musik Terbaik M. Fatihatur Rohman - Teater Jangkar Bumi - MA Qudsiyyah




Kamis, 27 September 2018

Kisah Halif, Bocah Kampung Ikuti Jejak Liliyana Natsir




BADMINTON adalah olahraga yang murah?! Tergantung dari mana anda melihatnya. Jika sekedar main tampel-tampelan di depan rumah, bisa jadi bulu tangkis olahraga yang murah meriah. Tapi jika untuk tujuan prestasi, silakan siapkan kalkulator anda. 


Mari berhitung mulai dari kebutuhan sepatu badminton, jersey, hingga raket badminton, harganya cukup menguras kantong. Beli yang murah-murah bisa saja. Tapi umumnya umurnya tak akan lama. Boros juga jatuhnya. Belum lagi untuk biaya les ke klub dengan pelatih yang bagus. Duit lagi.

Latihan saja pun belum cukup. Untuk menguji sampai mana hasil latihan, atlet harus diuji. Caranya dengan ikut turnamen. Untungnya kota seperti Kudus, turnamen digelar rutin. Setahun ada hingga lima kali turnamen berskala besar.

Tapi turnamen lokal saja belum cukup. Untuk benar-benar menguji kemampuan sang atlet, turnamen di luar kota adalah jawabannya. Lagi-lagi keluar duit. Untuk biaya transportasi, akomodasi, hingga hal-hal tak terduga. Belum lagi mereka harus mengorbankan jam sekolahnya.

Apalagi setiap turnamen digelar tiga hingga empat hari. Jika mampu melaju sampai final, siap-siap saja menguras tabungan. Mahalnya bulu tangkis penulis lihat saat digelarnya audisi umum beasiswa bulu tangkis yang digelar oleh Perkumpulan Bulu Tangksi (PB) Djarum.

Ribuan atlet berpartisipasi. Tepatnya sebanyak 5.957 atlet cilik. Mereka datang dari berbagai daerah di penjuru Tanah Air. Dari Aceh sampai Papua. Tentu ongkos yang tak murah untuk terbang ke Kota Kudus, markas besar PB Djarum.

Namun, selalu saja ada tangan-tangan ajaib di balik mahalnya pembinaan bulu tangkis. Salah satu buktinya adalahh atlet sembilan tahun, Halifia Usni Pratiwi. Dia satu-satunya atlet asal Kudus yang mampu membuktikan bulu tangkis bukan monopoli keluarga berduit.

...

Rumah sederhana tak jauh dari Balai Desa Sadang, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus itu belum dindingnya masih telanjang. Tembok rumah masih berupa bata merah, lantai juga belum dikeramik. Kursi ruang tamu juga seadanya.

Di bagian depan rumah, ada sebuah toko kelontong. Dari toko itu lah Dwi Anggraini (31) membantu dapur keluarga tetap ngebul. Sementara Usodo (41), bekerja di sebuah pabrik rokok terbesar di Kudus. Statusnya masih karyawan harian.

Dwi dan Usodo punya mimpi besar. Menjadikan Halif seorang atlet bulu tangkis sarat pestasi.

Dari upahnya bekerja, Usodo memang bisa saja membelikan sepatu dan raket mahal. Namun itu bukan keputusan bijak. Sebab dengan pilihan itu, ia harus mengorbankan kebutuhan wajib sehari-hari istri dan ketiga anaknya.

Halif (kanan) bersama kedua orang tua dan dua adiknya

Usodo tak mengira Halif bakal moncer sebagai atlet cilik bulu tangkis. Sejak TK, anak sulungnya itu memang sudah menunjukkan minatnya pada olahraga yang membesarkan nama seperti Kevin Sanjaya, Anthony Sinisuka Ginting, Jonathan Cristie, hingga legenda seperti Liem Swie King, Hastomo Arbi dan adiknya Hariyanto Arbi.

Namun, Halif masih angin-anginan. Kadang-kadang suka, kadang-kadang lupa. Untuk menyalurkan minat anaknya, Usodo membelikan raket murah. Karena tangan Halif masih mungil, Usodo pun mengepras batang raket dengan pisau agar pas di genggaman anaknya itu.

Semula hanya tampel-tampelan di halaman rumah. Usodo memasang net - jangan bayangkan net ala lapangan sebenarnya - di halaman rumahnya. Ia juga kerap mengajak Halif lari keliling kampung untuk melatih fisik putrinya itu.

Di ruang tamu, Usodo memasang shuttlecock yang diikat dengan tali senar ke langit-langit rumahnya. Tujuannya agar Halif bisa tetap berlatih di malam hari atau saat musim hujan tiba. Dengan diikat, kok otomatis akan balik jika ditampel.

Dengan cara itu, Usodo bisa menghemat keringat saat melatih anaknya. Tak hanya Halif, dua anak lainnya kini juga ikut tampel menampel kok yang diikat di langit-langit rumahnya itu. Hobi bocah kelas IV sekolah dasar itu belakangan menulari dua adiknya.

Minat Halif semakin menjadi saat masuk sekolah dasar. Ketika ada siaran langsung pertandingan bulu tangkis, Halif merengek minta ditemani menonton. Apalagi jika yang sedang bertanding Liliyana Natsir, atlet idolanya.

Tengah malam pun gadis cilik itu pasti melek. Betah menonton lesehan di depan televisi. Demi mirip dengan idolanya, Halif selalu memangkas pendek rambutnya. Nge-fans berat, mungkin itu istilah cocoknya.

Atas saran rekan-rekan Usodo, Halif pun didaftarkan ke klub bulu tangkis. Usodo memilih PB Muria yang biayanya terjangkau. Bakat Halif tercium pemilik PB Efrance Kudus, salah satu klub bulu tangkis terpandang di Kudus.

Sang pemilik ingin Halif bergabung. Untuk meyakinkan Usodo, Sulaiman, nama pemilik PB Efrance menjamin kebutuhan Halif seperti raket, sepatu, hingga tambahan asupan gizi. Halif tinggal datang dan berlatih dengan pelatih di PB Efrance.

Skill Halif berkembang pesat. Namun, keluarga Usodo justru panen cibiran dari tetangganya. “Bulu tangkis hanya untuk orang kaya” “Anak kampung susah lah bersaing di bulu tangkis” “Mau jadi apa anak cewek kok latihan bulu tangkis” dan lain-lain dan sebagainya. Sederet ujaran itu sudah kenyang di telinga Usodo.

Halif sempat mogok latihan. Dwi lah yang terus membesarkan hati Usodo dan Halif. Instingnya sebagai ibu cukup kuat melihat potensi dan keinginan anaknya. Tak salah, Halif mulai mengukir prestasi. Satu demi satu gelar kejuaraan lokal diraihnya.

2017, Halif mendaftar audisi umum beasiswa bulu tangkis di PB Djarum. baru tahap screening, dia gagal. Setahun kemudian, Halif kembali mengadu peruntungannya. Pemilik Efrance menyarankan Halif ikut audisi di Surabaya.

Skenarionya jika gagal di Surabaya, Halif masih bisa ikut audisi di Kudus. Mininal dia punya pengalaman merasakan atmosfer ketatnya persaingan audisi. Tak dinyana, Halif lolos audisi di Surabaya.

Di saat Halif berjuang untuk super tiket audisi di Surabaya, Usodo sempat galau berat. Pemicunya, ia mendapat kabar kakaknya meninggal dunia. Kabar itu tak disampaikan ke Halif hingga pengumuman audisi. “Takut mengganggu konsentrasinya. Dia dan pamannya cukup dekat,” kenang Usodo.

Tahun ini sepertinya menjadi milik Halif. Lolos di Surabaya, jalannya menuju PB Djarum, klub yang diidam-idamkan atlet cilik se-Indonesia, terbuka lebar untuk dirinya. Di hari terakhir final audisi di Kudus, namanya diumumkan menjadi salah satu penerima beasiswa.

Perjuangan Halif tak main-main. Dari total sebanyak 5.957 atlet cilik yang ikut audisi, hanya sebanyak 22 anak yang diterima. Halif satu-satunya atlet cilik dari Kudus. Lolos audisi bukan lah jaminan dia bakal menjadi atlet berprestasi.

Halif harus mampu giat berlatih agar kemampuannya terus berkembang. Usodo sadar PB Djarum memulangkan atlet-atletnya yang susah berkembang. Doa Usodo sederhanya. Sebagai oranag tua, ia ingin melihat Halif sukses di bulu tangkis. Olah raga yang disukainya. Seperti suksesnya Liliyana Natsir, atlet yang dibesarkan PB Djarum. Atlet yang diidolakan Halif.




Senin, 17 September 2018

Kenalkan Tan Joe Hok, Pioner Bulu Tangkis Indonesia




JAUH sebelum nama Kevin Sanjaya Sukamulyo, Marcus Gideon, Sigit Budiharto, Hariyanto Arbi, Hastomo Arbi, dan Liem Swie King mengecap sukses sebagai atlet bulu tangkis, ada satu nama yang nyaris terlupakan. Dialah Tan Joe Hok.


Pria kelahiran Bandung 11 Agustus 1997 ini adalah pioner bulu tangkis Indonesia. Ia membuka jalan bagi atlet-atlet Indonesia berjaya di pentas dunia. Tradisi emas bulu tangkis di level dunia berawal dari nama Tan Joe Hok.

FYI, Bulu tangkis pertama kali masuk dalam cabang olahraga resmi Asian Games pada tahun 1962. Nomor yang dipertandingkan saat itu yakni nomor tunggal, ganda, dan beregu. Nomor ganda campuran belum dipertandingkan.

Di ajang olahraga terbesar nomor dua di dunia itu, atlet bulu tangkis Indonesia Tan Joe Hok langsung menyabet dua medali emas dan satu medali perak. Medali itu sekaligus mengawali tradisi emas bulu tangkis Asian Games untuk Indonesia.

Rekor seorag atlet bulu tangkis yang diraih Tan Joe Hok ini sepertinya sulit dan bahkan tak bisa dipatahkan oleh atlet atlet lainnya. Rekor itu yakni atlet Indonesia Pertama yang meraih gelar juara Al England 1959 dan atlet Indonesia pertama Juara Asian Games 1962.

Momentum saat menjuarai Piala Thomas adalah saat yang paling berkesan bagi Tan Joe Hok. Sebab sebelum berlaga di ajang itu, ia memilih menempuh pendidikan ke Amerika Serikat. Partnernya saat itu Ferry Soneville juga memilih ke Belanda untuk menempuh pendidikan tinggi.

Kesuksesan atlet-atlet bulu tangkis Indonesia saat itu menjadi kekuatan yang paling diincar oleh lawan-lawannya. Bagi negara lain, mengalahkan Indonesia di lapangan bulu tangkis adalah keberhasilan besar. Ibarat Lebaran. Kehadirannya dinantikan banyak umat, hehehe.

Setelah melalui banyak pertimbangan, kedua pejuang bulu tangkis Indonesia itu memilih pulang kampung. Mereka mengangkat raket berjuang mengharumkan nama Indonesia di pentas dunia. Keduanya merasa memiliki tanggung jawab besar untuk kembali mengibarkan bendera merah putih di ajang internasional.

Setelah benar-benar pensiun sebagai pemain profesional, Tan Joe Hok tak lantas meninggalkan bulu tangkis. Ia memilih menjadi pelatih di Meksiko dan Hongkong. Tahun 1982, ia merangkap sebagai project manaer PB Djarum di Jakarta. Atas dedikasinya itu, Tan Joe Hok menerima penghargaan Lifetime Achievement dari Pemerintah Jokowi.

Awal September ini, Tan Joe Hok turun gunung. Pria sepuh tapi masih enerjik itu berada satu barisan dengan para legenda bulu tangkis tanah air sebagai pemandu bakat dalam audisi beasiswa bulu tangkis PB Djarum.



Kepada atlet-atlet cilik dan para pelatih, Tan Joe Hok menekankan jika gaya permainan atlet-atlet dunia saat ini sudah jauh berkembang. Sarana dan fasilitas pun sudah lebih bagus. “Melihat fasilitas latihan saat ini, rasanya saya ingin mendaftar audisi,” kelakar atlet Indonesia pertama yang menjuarai All England di tahun 1959 ini.

Dari 5.957 atlet cilik yang ikut audisi, ia berharap minimal ada sepuluh atlet “super class” yang bisa berprestasi di masa mendatang. “Mencari bakat yang super itu seperti menggali berlian. Menggali tanah berton-ton, bisa mendapat satu karat saja sudah luar biasa,” katanya.

Untuk bisa menjadi atllet berprestasi, tak hanya butuh kerja keras latihan dan semangat tinggi. Usaha itu, kata Tan Joe Hok, harus dibarengi dengan akhlak yang baik. Atlet akan sukses jika mampu memadukan teknik dan atitude atau dalam kata lain, akhlak yang baik.


Sabtu, 15 September 2018

Inilah 23 Atlet Baru PB Djarum Kudus Hasil Audisi 2018




RANGKAIAN audisi klub bulu tangkis PB Djarum Kudus berakhir sudah. Klub yang bermarkas di Kabupaten Kudus itu memilih 23 atlet cilik berbakat hasil audisi di delapan kota berbeda.


Sebanyak 23 atlet anyar klub yang melahirkan nama-nama besar seperti Liem Swie King, Hastomo Arbi, Hariyanto Arbi, hingga Tantowi Ahmad, Liliyana Natsir dan Kevin Sanjaya Sukamulyo itu diumumkan di markas PB Djarum Jati Kudus, Sabtu (15/9).

Para atlet muda ini dipastikan menjadi bagian dari skuad Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum. Ini lah nama-nama 23 atlet cilik anyar yang akan bakal merintis jalan menjadi atlet bulu tangkis masa depan Indonesia :


U11 PUTRA

0133 - CALVIN CHANDRA IRAWAN (KOTA BEKASI)

0145 - LIVIO CICERO BENEDICTO PAAT (KOTA MANADO)

0090 - MUHAMMAD ARYA BIMASENA (KABUPATEN BANYUMAS)

0067 - MUHAMMAD NASHRULLOH ALHABSYI (KABUPATEN BOYOLALI)

0110 - NAZWAN ABDILLAH (KOTA SAMARINDA)

0137 - RADITHYA BAYU WARDHANA (KOTA TANJUNG PINANG)


U13 PUTRA

0198 - ALFA WAHYUDINATA (KABUPATEN BANYUMAS)

0186 - BRYAN DAVE LIMBOWO (KABUPATEN PARIGI MOUTONG)

0099 - DEVIN ARTHA WAHYUDI (KABUPATEN MERANGIN)

0212 - MUHAMMAD PRANANDHA ADHITYA (KABUPATEN CILACAP)


U15 PUTRA

0060 - MUHAMMAD FAQIH ANSHORI (KOTA SAMARINDA)


U11 PUTRI

0151 - JANE MAIRA FAIZA (KABUPATEN BANYUMAS)

0158 - HALIFIA USNI PRATIWI (KABUPATEN KUDUS)

0032 - JOLIN ANGELIA (KOTA MEDAN)


U13 PUTRI

0039 - DELVI TASYA SUBRATA (KOTA JAKARTA SELATAN)

0005 - AURA ZALFA SYAFIYA (KABUPATEN BEKASI)

0211 - AZRANAYSHA PANDYA ADHITA (KABUPATEN SUKOHARJO)

0215 - NADIA PRITASARI (KABUPATEN TANAH LAUT)

0138 - SAUSAN DWI RAMADHANI (KOTA DEPOK)

0119 - SHEILA LYDIA (KABUPATEN NGANJUK)

0002 - CHELSEA VEBY ANDELA (KABUPATEN NGAWI)


U15 PUTRI

0121 - CHELSEA PUTRI MAIRERA SENSA (KABUPATEN BANYUWANGI)

0061 - AURELIA SALSABILA (KOTA SURABAYA)

Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, mengatakan, bergabungnya para pebulutangkis muda ini di PB Djarum merupakan langkah awal dalam perjalanan untuk mewujudkan cita-cita ke pentas dunia melalui bulutangkis.

“Proses regenerasi mutlak dilakukan untuk menjaga kesinambungan prestasi bulutangkis Indonesia. Kami berharap sekaligus optimis bahwa setidaknya dalam 7-10 tahun ke depan, adik-adik yang baru bergabung dengan PB Djarum ini akan menjadi sosok juara dunia baru bagi Indonesia,” katanya.

Tak mudah bagi para peserta ini hingga akhirnya bisa bergabung dengan PB Djarum. Selain menjalani rangkaian seleksi yang ketat, mereka juga harus mampu menunjukkan kemampuan terbaik di hadapan Tim Pencari Bakat yang berisikan legenda bulutangkis Indonesia di Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2018, serta para pelatih PB Djarum pada Final Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2018.

Proses seleksi dimulai dengan Audisi Umum PB Djarum 2018 yang digelar di delapan kota, yakni Pekanbaru, Balikpapan, Manado, Surabaya, Purwokerto, Solo Raya, Cirebon, dan Kudus. Dari kota-kota Audisi Umum tersebut, tercatat 5.957 peserta dari tiga kategori usia yakni U-11, U-13, serta U-15, baik putra dan putri, unjuk kemampuan di hadapan Tim Pencari Bakat.

Hasilnya, sebanyak 219 peserta meraih Super Tiket dan berlaga di Final Audisi Umum yang digelar di Kudus selama tiga hari, yakni pada Jum`at, 7 September 2018 hingga Minggu, 9 September 2018.

Di Final Audisi Umum yang digelar di GOR Djarum, Jati, Kudus, para peraih Super Tiket tersebut bertemu dengan lawan-lawan hasil Audisi Umum dari berbagai kota lainnya. Sebanyak 91 pebulutangkis berhasil melampaui babak-babak awal.

Di babak berikutnya, penyaringan kembali dilakukan hingga menjadi 65 peserta. Di hari terakhir, sebanyak 50 atlet dinyatakan lolos Final Audisi Umum oleh tim pelatih PB Djarum, dan mereka kemudian berhak melaju ke Tahap Karantina.

Tahap Karantina merupakan fase krusial dimana para atlet belia ini harus berpisah dengan orangtua dan menjalani kehidupan di Asrama PB Djarum. Mereka mengikuti sejumlah latihan yang diterapkan oleh pelatih-pelatih dari klub bulutangkis yang didirikan pada tahun 1974 ini.

Selain itu, ahli nutrisi dan gizi serta pelatih fisik juga dilibatkan di sesi pamungkas dari rangkaian Audisi Umum 2018 ini. Konsistensi serta semangat dari para calon peraih beasiswa juga menjadi perhatian jajaran pelatih.

Manajer Tim PB Djarum, Fung Permadi, mengatakan, jenjang seleksi yang ketat ini bertujuan untuk mencari bibit-bibit bertalenta dengan tiga kriteria utama, yakni mind, body, dan soul.

Tiga hal itu akan merefleksikan cara berpikir, kebugaran fisik, dan kesiapan batin, dari seorang atlet. Ketiganya harus komplit, tidak boleh ada satu kekurangan karena inilah aspek utama seorang juara.

Setelah bergabung dengan PB Djarum, 23 peserta peraih Djarum Beasiswa Bulutangkis ini akan diasah oleh para pelatih PB Djarum, agar bisa menjadi juara di masa mendatang. Setelah masuk asrama, pola pembinaan akan kami lakukan seefisien mungkin, dengan waktu sekitar 6-7 tahun untuk proses pembinaan atlet menuju jenjang juara dunia.







Kamis, 30 November 2017

Satire Pilkada di Panggung Stand Up Comedy

Lomba Stand Up Comedy Pilkada Kudus


DARI dulu, kaos calon bupati di Pilkada hanya begitu-begitu saja. Kaos warnanya putih, kainnya tipis mirip saringan teh, dan ada gambar calonnya. Sebagai seorang komedian tunggal, Doni Prabowo (19) mengaku resah.

Doni mengusulkan sesekali calon kepala daerah membuat kaos pilkada yang keren. Warna biru dongker. Bahannya dari kain sutera, biar kuat dan tahan lama (emang sutera yang itu?). Trus, bagian belakangnya diberi tulisan tahanan.

“Setidaknya setelah Pilkada bisa dipakai orang yang keluar masuk penjara. Setidaknya bermanfaat untuk mengurangi sampah masyarakat,” ujar Doni.

Menghubungkan kaos pilkada dan mengurangi sampah masyarakat adalah satire yang cerdas. Lihat saja bagamana para caleg atau calon kepala daerah yang berbusa-busa penuh janji untuk menggaet pemilih. Setelah jadi, tak sedikit yang ‘tercyduk’ OTeTe KPK.

Lihat Video Doni DI SINI

Menertawakan Pilkada dan seabrek tingkah laku politikus menjadi bahan empuk para komika di panggung lomba lomba Stand Up Comedy bertemakan Pilkada di Auditorium Universitas Muria Kudus (UMK), Rabu (29/11/2017).

Mengangkat tema pilkada ke atas panggung lawak tunggal tentunya bukan hal yang mudah. Tema ini cukup berat. Sebab tema Pilkada selama ini kerap dibahas sebagai sesuatu yang berat dan membosankan. Pilkada dikonotasikan sebagai hal-hal serius hingga persaingan merebut kekuasaan pemerintah.

Namun Dony dan 19 komika (sebutan pelawak tunggal) mampu menyampaikan isu seputar Pilkada ke dalam humor dan lawakan cerdas. Sebagian memang garing lawakannya. Namun beberapa mampu dengan cerdas mengkritik para politikus lewat humor yang disampaikan.

Lomba Stand Up Comedy digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kudus bekerjasama dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Kudus.


Ketua KPU Kudus Moh Khanafi menilai lomba serupa penting untuk membuka kran pemikiran yang lain terkait isu seputar Pilkada. Menyampaikan isu Pilkada dengan cara yang cerdas efektif tentunya menjadi ajang sosialisasi pelaksanaan Pilkada itu sendiri.

Menurut dia, tentunya menjadi hal yang menarik ketika komedian memandang pelaksanaan Pilkada dari sudut pandang yang berbeda. KPU Kabupaten Kudus, lanjut Khanafi, sudah berupaya keras menggelar sosialisasi ke semua lapisan masyarakat.

BACA JUGA : SOSIALISASI PILKADA LEWAT CORAT-CORET MURAL

Para pemilih pemula termasuk menjadi sasaran sosialisasi Pilkada. Salah satunya melalui lomba stand up comedy yang diikuti para anak-anak muda. Anak muda sebagai pemilih pemula memiliki posisi yang posisinya Pilkada. Karena itu sebagai pemilih pemula, para pemuda harus jeli mencermati setiap kandidat yang berlaga di Pilkada.

Lewat panggung lawak tunggal itu ia pun mempersilakan bagi para komika untuk mengkritik penyelenggara Pemilu. “Jika diketahui ada penyelenggara Pilkada yang tidak benar. Apalagi sampai bermain mata dengan peserta pemilu. Laporkan saja,” katanya.

Sosialisasi pelaksanaan Pilkada memang perlu dilakukan dengan cara-cara baru. Salah satunya melalui panggung komedi tunggal. Kesuksesan Pemilu tentunya tidak serta merta diukur dari tingkat partisipasi masyarakat.

Peran aktif masyarakat dalam mengawal setiap tahapan pelaksanaan Pilkada menjadi tolok ukur untuk melihat sejauh mana antusiasme masyarakat untuk menentukan nasib daerahnya lima tahun ke depan.

Doni Prabowo keluar sebagai juara pertama lomba stand Up Comedy tersebut. Juara dua dan tiga masing-masing diraih Rengga dan Setiono. Sementara pemenang harapan I dan II yakni Syafrian dan Ustur Raa’id.