Senin, 17 September 2018

Kenalkan Tan Joe Hok, Pioner Bulu Tangkis Indonesia




JAUH sebelum nama Kevin Sanjaya Sukamulyo, Marcus Gideon, Sigit Budiharto, Hariyanto Arbi, Hastomo Arbi, dan Liem Swie King mengecap sukses sebagai atlet bulu tangkis, ada satu nama yang nyaris terlupakan. Dialah Tan Joe Hok.


Pria kelahiran Bandung 11 Agustus 1997 ini adalah pioner bulu tangkis Indonesia. Ia membuka jalan bagi atlet-atlet Indonesia berjaya di pentas dunia. Tradisi emas bulu tangkis di level dunia berawal dari nama Tan Joe Hok.

FYI, Bulu tangkis pertama kali masuk dalam cabang olahraga resmi Asian Games pada tahun 1962. Nomor yang dipertandingkan saat itu yakni nomor tunggal, ganda, dan beregu. Nomor ganda campuran belum dipertandingkan.

Di ajang olahraga terbesar nomor dua di dunia itu, atlet bulu tangkis Indonesia Tan Joe Hok langsung menyabet dua medali emas dan satu medali perak. Medali itu sekaligus mengawali tradisi emas bulu tangkis Asian Games untuk Indonesia.

Rekor seorag atlet bulu tangkis yang diraih Tan Joe Hok ini sepertinya sulit dan bahkan tak bisa dipatahkan oleh atlet atlet lainnya. Rekor itu yakni atlet Indonesia Pertama yang meraih gelar juara Al England 1959 dan atlet Indonesia pertama Juara Asian Games 1962.

Momentum saat menjuarai Piala Thomas adalah saat yang paling berkesan bagi Tan Joe Hok. Sebab sebelum berlaga di ajang itu, ia memilih menempuh pendidikan ke Amerika Serikat. Partnernya saat itu Ferry Soneville juga memilih ke Belanda untuk menempuh pendidikan tinggi.

Kesuksesan atlet-atlet bulu tangkis Indonesia saat itu menjadi kekuatan yang paling diincar oleh lawan-lawannya. Bagi negara lain, mengalahkan Indonesia di lapangan bulu tangkis adalah keberhasilan besar. Ibarat Lebaran. Kehadirannya dinantikan banyak umat, hehehe.

Setelah melalui banyak pertimbangan, kedua pejuang bulu tangkis Indonesia itu memilih pulang kampung. Mereka mengangkat raket berjuang mengharumkan nama Indonesia di pentas dunia. Keduanya merasa memiliki tanggung jawab besar untuk kembali mengibarkan bendera merah putih di ajang internasional.

Setelah benar-benar pensiun sebagai pemain profesional, Tan Joe Hok tak lantas meninggalkan bulu tangkis. Ia memilih menjadi pelatih di Meksiko dan Hongkong. Tahun 1982, ia merangkap sebagai project manaer PB Djarum di Jakarta. Atas dedikasinya itu, Tan Joe Hok menerima penghargaan Lifetime Achievement dari Pemerintah Jokowi.

Awal September ini, Tan Joe Hok turun gunung. Pria sepuh tapi masih enerjik itu berada satu barisan dengan para legenda bulu tangkis tanah air sebagai pemandu bakat dalam audisi beasiswa bulu tangkis PB Djarum.



Kepada atlet-atlet cilik dan para pelatih, Tan Joe Hok menekankan jika gaya permainan atlet-atlet dunia saat ini sudah jauh berkembang. Sarana dan fasilitas pun sudah lebih bagus. “Melihat fasilitas latihan saat ini, rasanya saya ingin mendaftar audisi,” kelakar atlet Indonesia pertama yang menjuarai All England di tahun 1959 ini.

Dari 5.957 atlet cilik yang ikut audisi, ia berharap minimal ada sepuluh atlet “super class” yang bisa berprestasi di masa mendatang. “Mencari bakat yang super itu seperti menggali berlian. Menggali tanah berton-ton, bisa mendapat satu karat saja sudah luar biasa,” katanya.

Untuk bisa menjadi atllet berprestasi, tak hanya butuh kerja keras latihan dan semangat tinggi. Usaha itu, kata Tan Joe Hok, harus dibarengi dengan akhlak yang baik. Atlet akan sukses jika mampu memadukan teknik dan atitude atau dalam kata lain, akhlak yang baik.


0 komentar:

Posting Komentar