Senin, 13 September 2021

Inilah 15 Koleksi Baru Museum Kretek Warisan Raja Kretek Nitisemito

koleksi museum Kretek Omonganem


MUSEUM Kretek memiliki koleksi baru setelah keluarga raja kretek Nitisemito menyerahkan 15 koleksi keluarga. Benda bersejarah peninggalan Nitisemito itu melengkapi koleksi museum kretek, museum satu-satunya di dunia yang menyimpan koleksi tentang sejarah rokok.

Sebelum dipamerkan, koleksi tersebut telah diteliti secara arkeologis oleh dua ahli Museum Jawa Tengah Ronggowarsito, Laela Nurhayati Dewi dan Luky Yudhia Perwira.

Dua ahli itu melakukan kajian dengan pendekatan arkeologi industri, yakni sebuah kajian dalam ilmu arkeologi yang berusaha memahami aktivitas industri di masa lampau melalui tinggalan materialnya.

Nilai penting yang melekat pada koleksi museum menjadi penghubung antara masa lampau dan masa kini yang selanjutnya dikomunikasikan secara luas kepada masyarakat sekaligus dilestarikan.

Mereka meneliti simbol-simbol hingga warna yang melekat pada setiap koleksi. Bentuk lingkaran misalnya, dianalogikan sebagai lambang dari kesempurnaan, harmoni, eksistensi yang stabil, dan keabadian.

Perusahaan Tjap Bal Tiga, milik Nitisemito, menggunakan lambang lingkaran pada logo untuk memberikan legitimasi bahwa perusahaan ini merupakan perusahaan yang stabil dan abadi.

BACA JUGA : Audio Tour Guide Museum Kretek, Serasa Ditemani Pemandu Pribadi  

Warna merah, biru, kuning, emas, dan hijau yang digunakan pada logo perusahaan itu memiliki arti tersendiri. Penggunaan warna merah, sebagai warna yg dianggap tuntutan dan sikap agresif. Dalam desain, sebagai aksen yang kuat dan memberikan arti warna logo tersebut menjadi terlihat berbeda.

Warna kuning berhubungan dengan intelektual, ceria, menyenangkan dan penuh energi. Sementara warna biru melambangkan tenang,profesional kepercayaan, dan trustfulness. Warna hijau pada benda-benda koleksi Nitisemito melambangkan lingkungan alam, kesuburan dan emas (gold) mempunyai arti kemakmuran, kesuksesan, prestasi dan kemewahan.

Dari kajian koleksi surat-surat Nitisemito, hasil analisis ekstrensik diketahui bahwa surat tidak hanya berfungsi sebagai pernyataan kepemilikan suatu perusahaan, akan tetapi surat juga berfungsi sebagai alat komunikasi perusahaan untuk memperkenalkan identitas, harapan, dan legitimasi perusahaan tersebut.

Surat itu juga menjadi salah satu bentuk pencitraan identitas perusahaan yang digambarkan dalam bentuk elemen visual yang berbentuk logo, motif hias, dan elemen visual lain yang menjadi media komunikasi perusahaan.

Identitas perusahaan biasanya terdiri atas sejarah, kepercayaan, filosofi, teknologi, dan nilai-nilai lain yang sudah membudaya di perusahaan dan tersimbolisasi dalam bentuk visual. Hadirnya kamera yang bisa merekam momen yang terjadi pada masa lampau, bisa dijadikan kepingan sejarah untuk masa ini dan masa yang akan datang.

Makna dalam sebuah foto mengingatkan kita betapa mengesankanya masa lalu yang tak akan pernah terulang lagi. 

Sejarah mencatat, Nitisemito lahir di Kudus tahun 1863 dan meninggal tahun 1953. Ayahnya adalah Haji Sulaiman, seorang lurah di Desa Janggalan, Kudus. Sementara ibunya bernama Markanah.

Nitisemito memiliki nama kecil Rusdi. Namun, ia lebih memilih menyandang nama Nitisemito dan menjadi seorang pengusaha. Ketika muda, Nitisemito banyak merintis bisnis. Sayangnya, bisnisnya banyak mengalami kebangkutran. Kemudian ia mencoba menjadi kusir dokar sambil berjualan tembakau.

Berawal dari situ, Nitisemito bertemu dengan Mbok Nasilah, pemilik warung tembakau yang sering dijadikan tempat singgah, dan menikahinya. Kretek racikan Nasilah yang dijual di warungnya ternyata disukai oleh para pelanggannya.

Hasilnya, usaha warung mereka berkembang sangat pesat. Dari keberhasilan inilah, Nitisemito mulai memberi nama produknya Kodok Nguntal Ulo. Namun, karena nama itu dinilai tidak membawa keberentungan, Nitisemito menggantinya dengan nama Tjap Bal Tiga.

Nitisemito merupakan seseorang yang pandai dalam hal berdagang. Salah satu kesuksesannya pada saat merintis Industri Kretek atau Rokok (Tjap Bal Tiga) yang didirikan pada tahun 1910 yang awalnya secara kecil kecilan. Kejayaan Nitisemitro diantara 1922 sampai 1940.

Nitisemito menjalankan perusahaannya secara modern. Salah satu indikasinya dilihat dari bagaimana ia membuat sistem pembukuan dan administrasi perusahaan, layaknya perusahaan-perusahaan bangsa Eropa.

Pada masa jayanya, produksi pabrik kretek Nitisemito mencapai 8 juta batang per hari.

Setelah 10 tahun beroperasi,  Nitisemito kemudian membuat hak paten atas nama produknya pada tahun 1914. Ia kemudian membuat sebuah pabrik rokok seluas 6 hektare pada tahun 1918. Usaha yang semakin besar membuat Nitisemito mempekerjakan tenaga asal Belanda yang sanggup mengontrol keuangan pabrik dengan baik.

Dalam hal pemasaran, Nitisemito adalah pengusaha pertama yang melakukan promosi dengan menyewa pesawat Fokker dan menyebarkan pamflet kretek dagangannya.

Di tahun 1938, pabriknya sanggup mempekerjakan buruh sebanyak 10 ribu orang karyawan, sehingga dijuluki sebagai Raja Kretek (De Kretek Konning) oleh Ratu Belanda Wilhemina. Sayangnya, usaha yang dirintis mengalami masa surut pada akhir 1930an.

Masuknya Jepang dan Perang Dunia II semakin memperburuk keuangan perusahaan. Selain itu, Nitisemito tidak mempunyai generasi penerus usahanya. Setelah ia meninggal pada tahun 1953, tidak ada lagi yang mengurus usahanya. Pabriknya pun dinyatakan pailit di awal tahun 1950-an.

Meski sudah pailit, Nitisemito meninggalkan benda-benda koleksi pribadi yang kini memiliki nilai sejarah. Sebagian berada di museum. Termasuk sebanyak 15 koleksi museum Kretek yang diserahkan oleh keluarga Nitisemito.

Lantas, seperti apa 15 koleksi peninggalan Raja Kretek Nitisemito yang diserahkan keluarganya kepada Museum Kretek Kudus. Berikut daftarnya :

Koleksi Nomor 05.0001, Pena Nitisemito

omonganem.com

Pena milik Nitisemito terdapat tulisan “M. Nitisemito” ini juga digunakan sebagai souvenir bagi tamu khusus. Pena ini masih dalam kondisi terpelihara dengan baik.

Koleksi Nomor 05.0002, Tempat Rokok Nitisemito

omonganem.com


Cover bungkus menampilkan logo Bal Tiga dan identitas perusahaan. Untuk mengatasi terjadinya pemalsuan produk, perusahaan Bal Tiga memberikan kode pada bungkus rokok yang diproduksi. kode ini juga berfungsi untuk memberi tahu perusahaan sudah berapa lama produk tersebut berada di pasaran. Kondisi koleksi ini terpelihara dengan baik.

Koleksi nomor 05.0003, Cover Tempat Korek Api Kayu Nitisemito

omonganem.com



Perusahaan rokok Tjap Bal Tiga juga memproduksi korek api kayu. Bungkus dari korek api kayu Nitisemito ini di bagian cover terdapat identitas perusahaan, seperti logo Bal Tiga dan nama Nitisemito. Kondisi koleksi ini terpelihara baik.

Koleksi nomor 05.0004, Gantungan Kunci

omonganem.com


Salah satu souvenir berupa gantungan kunci yang digunakan untuk media promosi rokok M. Nitisemito. Gantungan kunci dengan nomor daftar 4642 ini didominasi warna biru bergambar kepala harimau/macan dan tertulis “M. NITISEMITO”. Kondisi koleksi ini terpelihara dengan baik.

Gambar Harimau pada koleksi ini melukiskan keberanian, kepercayaan diri dan sikap yang setia kuat untuk menghadapi resiko dan tantangan hidup dalam menyongsong hari depan. Makna yang umum adalah sebuah kekuatan dan kuasa.

Koleksi nomor 05.0005, Logo Bal Tiga Yang Tertera di Bagian Depan Sepeda

omonganem.com

Perusahaan Bal Tiga Nitisemito memiliki cara promosi yang kreatif. Salah satunya adalah dengan mengadakan pembagian hadiah kepada masyarakat dengan sistem doorprize.

Sepeda merupakan salah satu hadiah yang disediakan oleh perusahaan Bal Tiga. Pemberian hadiah ini sebagai cara promosi perusahaan Bal Tiga. Semua hadiah bertuliskan merk perusahaan Bal Tiga. Kondisi koleksi ini terpelihara baik.

Psikologi warna dalam koleksi ini: merah, sebagai warna yg dianggap tuntutan dan sikap agresif. Dalam desain,sebagai aksen yang kuat dan memberikan arti warna logo tersebut menjadi terlihat berbeda.

Warna kuning berhubungan dengan intelektual, ceria,menyenangkan dan penuh energi, biru: melambangkan tenang,profesional kepercayaan, dan trustfulness, sementara hijau melambangkan lingkungan alam, kesuburan.

Koleksi Nomor 05.0006, Pin berlambang Bal Tiga

omonganem.com

Pin termasuk barang yang dijadikan sebagai hadiah atau suvenir dari sayembara perusahaan Bal Tiga yang dijadikan promosi perusahaan. Kondisi terpelihara baik.

Pin yang berwarna emas mempunyai arti kemakmuran, kesuksesan, prestasi dan kemewahan. Lingkaran merupakan lambang dari kesempurnaan, harmoni, eksistensi yang stabil, dan keabadian.

Perusahaan ini menggunakan lambang lingkaran pada logo untuk memberikan legitimasi bahwa perusahaan ini merupakan perusahaan yang stabil dan abadi.

Koleksi Nomor 05.0007, Surat yang bertanggal 03 Oktober 1934 yang diajukan kepada Agen Produk Bal Tiga di Palembang

omonganem.com


Surat berisi informasi mengenai rokok yang dikeluarkan oleh perusahaan, yaitu 8 batang per satu bungkus. Harga yang dibanderol dari perusahaan juga disertakan agar agen dapat memasang harga baru dari harga awal. Kondisi koleksi ini sudah terkikis atau aus di beberapa sisi.

Koleksi Nomor 05.0008, Surat yang diajukan kepada Kepala Bea Cukai Kudus pada tanggal 17 September 1947.

omonganem.com


Surat ini menerangkan pembelian tembakau sebanyak delapan ton. Kondisi koleksi surat ini sudah hampir rusak di seluruh pinggiran.

Koleksi Nomor 05.0009, Surat yang diajukan kepada Agen Produk Bal Tiga di Palembang pada tanggal 3 Oktober 1934.

omonganem.com


Kondisi surat ini sudah berlubang karena dimakan serangga di beberapa bagian.

Koleksi Nomor 05.0010, Nota Jual Beli Milik Perusahaan Rokok Nitisemito

omonganem.com


Nota atau struk tersebut bukti transaksi perdagangan yang dilakukan antara penjual dan pembeli. Biasanya, nota penjualan terdiri dari dua rangkap. Rangkap pertama diberikan kepada pembeli sedangkan satunya disimpan oleh penjual sebagai dokumen untuk keperluan pembukuan. Kondisi koleksi ini masih terpelihara baik.

Koleksi Nomor 05.0011, Amplop Perusahaan Rokok Nitisemito

omonganem.com

Amplop Milik Perusahaan Rokok Nitisemito Bal Tiga yang diperkirakan digunakan untuk keperluan surat-menyurat barang yang keluar masuk Perusahaan Rokok Bal Tiga. Kondisi amplop ini sudah banyak terkikis di bagian pinggiran.

Koleksi Nomor 05.0012, Fluwi

omonganem.com

Kertas yang tertulis “M.NITISEMITO KOEDOES” dan bergambar logo tiga bola ini diperkirakan digunakan bagian administrasi Pabrik Rokok Bal Tiga untuk serapan tinta agar tinta tidak tembus ke dokumen. Kondisinya masih terpelihara baik.

Di bagian kiri atas terdapat ilustrasi seseorang yang sedang duduk di hadapan meja sembari merokok.

Koleksi Nomor 05.0013, Foto Rumah Kembar Nitisemito

omonganem.com

Salah satu rumah dari Omah Kembar Nitisemito diperuntukkan untuk anaknya, Naffiah dan Nahari. Ini terjadi ketika anak perempuannya tersebut menikah. Letak rumah tersebut berada di pinggir Kali Getis Kudus.

Cucu Nitisemito, Yudhi Ernawan, menyampaikan bahwa rumah ini dibangun pada 1926. Omah Kembar bergaya arsitektur Eropa. Kini, rumah tersebut direncanakan menjadi Cagar Budaya oleh Pemerintah Kabupaten Kudus. Kondisi foto ini masih terpelihara baik.

Koleksi Nomor 05.0014, Foto Para Penjual Es Tung-Tung Yang Disponsori oleh Bal Tiga

omonganem.com

Nitisemito diketahui mempromosikan Pabrik Rokok Bal Tiga miliknya dengan cara-cara modern.

Terlihat pada foto itu Nitisemito menjual produknya melalui kampanye iklan yang besar. Nitisemito melibatkan penjual es krim. pada gambar ini, pasukan kecil penjual es krim semuanya dicap dengan logo terkenalnya, Niti Semito Bal Tiga. Kondisi koleksi ini masih terpelihara baik.

Koleksi Nomor 05.0015, Foto Stan Bazar Bal Tiga

omonganem.com

Stand Bal Tiga di salah satu pasar malam di Semarang. Ketika begitu ada masalah dengan barang tiruan, Nitisemito terpaksa mengembangkan cara-cara kreatif untuk melawan tren yang sedang berkembang.

Seperti tulisan spanduk di atas yang menyatakan bahwa "siapa pun yang memberikan informasi tentang kemasan palsu merek kami berhak atas hadiah dua ratus persen.”

Diketahui bahwa bungkus rokok Tiga Bal dicetak Nitisemito di Jepang dengan huruf dan logo timbul di kertas untuk mencegah pemalsuan. Kondisi ini masih terpelihara dengan baik.







Minggu, 09 Mei 2021

Pijar Park, Taman Wisata Hutan Pinus di Lereng Muria

 


BAYANGKAN, makam malam di bawah teduhnya pohon pinus. Disirami cahaya lampu yang tertata indah. Dingin lereng Muria yang menusuk tulang. Ditambah suara-suara hewan penghuni hutan. Cukup bayangkan dulu.

Setelah itu, mari saya ajak anda menikmati semuanya itu di Pijar Park. Taman hutan pinus di lereng muria Desa Kajar, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Destinasi wisata keluarga yang kini beralih rupa lebih kekinian.

Pijar adalah akronim Pinus Kajar. Destinasi wisata milik Perhutani yang sebelumya akrab disebut Bumi Perkemahan (Buper) Kajar. Sejak Maret 2020, pengelolaan Buper Kajar diambil alih oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kajar.

Nama Buper Kajar pun diubah menjadi Pijar Park agar lebih kekinian. Dibawah pengelolaan manajemen baru, Pijar Park kini banyak menjadi jujukan warga yang ingin menikmati pemandangan hutan pinus lereng Muria.

BACA JUGA : Inilah 15 Koleksi Baru Museum Kretek Warisan Raja Kretek Nitisemito  

Seandainya pandemi tidak melanda negeri, Pijar Park pastilah ramai pengunjung. Karena pandemi kian akrab saat ini, pengelola pun menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat. Jumlah pengunjung dibatas, tempat cuci tangan dengan sabun di pasang di setiap sudut taman hutan pinus.


Direktur Pijar Park Yusuf menuturkan, pihaknya meneken perjanjian kerjasama dengan Perhutani untuk pengelolaan kawasan hutan pinus Kajar selama dua tahun. Pandemi membuat Yusuf dan anggota LMDH untuk merogoh kocek cukup dalam untuk melengkapi fasilitas prokes.

Yusuf bisa menekan anggaran dengan menggandeng pihak swasta yang ingin berpromosi di Pijar Park. Saat ini, Pijak Park terus menggenjot menambah wahana baru seperti spot foto, flyin fox dan rute tracking.

Dalam waktu dekat, pihaknya akan membangun joglo dan rumah pohon. Rumah-rumah pohon di lereng bukit nantinya terhubung dengan jembatan kayu. Sebanyak 30 kios food court tengah dibangun di areal depan Pijar Park seluas 25 hektare.

Pengelola juga tengah membangun kedai kopi Colo. “Meski ada pandemi, kami yakin potensi Pijar Park. Dalam dua bulan ini sudah ada sekitar lima ribu pengunjung. Kami yakin Pijar Park akan menjadi destinasi wisata baru di lereng Muria pada khususnya dan Kabupaten Kudus pada umumnya,” kata Yusuf.


Saya berkesempatan menikmati buka bersama di Pijar Park bersama rekan-rekan wartawan di Kabupaten Kudus, Minggu (9/5) sore. Begitu Maghrib tiba, hawa dingin menusuk tulang langsung terasa.

Jika saja tidak ada Covid-19, tentu makin betah bersantai di bawah rerimbunan pohon pinus ditamani cahaya lampu yang terasa syahdu. Ketika jarum jam menunjuk angka 20.00 WIB, kami pun bergegas pamit. Meninggalkan pinus beserta hawa dinginnya, dengan alasan tak ingin berkerumun lebih lama.

Tak sulit menjangkau Pijar Park. Lokasinya berada di pinggir jalan rute ziarah menuju Makam Sunan Kudus di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Lokasinya berada di sebelah kiri setelah tanjakan Kajar.




Dari pusat kota Kudus, hanya butuh waktu tak kurang dari 20 menit untuk menuju ke sana. Akses masuk juga mudah. Rute itu kerap dilewati bus-bus besar para peziarah. Untuk masuk ke Pijar Park, pengunjung dikenakan tiket sebesar Rp 5 ribu per orang. Harga tiket rencananya naik menjadi Rp 10 ribu setelah Lebaran nanti.

Jika ingin menikmati Pijar Park, saya sarankan anda datang beramai-rami atau rombongan. Kontak dulu pengelola Pijar Park untuk mendapat paket pelayanan yang memuaskan. Anda juga bisa memesan paket tracking menuju sungai di bawah bukit.

Pengelola juga menyediakan paket edukasi kopi. Untuk cemilanya, ada gethuk goring khas kajar. Sementara menu andalannya pecel pakis, pecel khas Lereng Muria.


Menariknya, semua menu itu dipesan dari warga sekitar Pijar Park. Pengelola sepertinya ingin berbagi “kue” pendapatan pariwisata dengan warga sekitar. Langkah ini sekaligus untuk pemberdayaan warga di sekitar Pijar Park.

Tertarik datang? Pijar Park akan kembali dibuka H+3 Lebaran mendatang. Yang jelas, tetap taati prokes agar wisata tetap aman di masa pandemi Covid-19 saat ini.



Senin, 07 September 2020

“Menambang” Gas dari Limbah Tahu


LIMBAH tahu membuat warga RT 1 RW 1 Dukuh Krajan, Desa Kedungdowo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus tak tahu berapa harga gas elpiji melon terkini. Ketika ramai-ramai berita gas bersubsidi langka, api kompor mereka tetap lancar menyala.

Mereka tak pernah merasakan antre hingga berebut gas “melon”. Saban hari, gas mengalir dari instalasi pengelolahan limbah tahu melalui jaringan pipa paralon. Sepuluh tahun terakhir, warga menikmati api biogas dari pengolahan limbah pabrik tahu di daerah itu.

Siti Khotijah (60), warga Dukuh Krajan misalnya. Ia tak perlu memusingkan kenaikan harga atau kelangkaan elpiji bersubdisi. Sepanjang pabrik tahu persis di sebelah rumahnya masih berporoduksi, gas lancar mengalir ke rumah warga.

Itu artinya, ia bisa menghemat pengeluaran keluarga. Coba kita hitung. Harga elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram (tabung gas melon) saat ini di kisaran Rp 20 ribu per tabung. Taruhlan setiap rumah butuh dua tabung sebulan.

Lewat biogas limbah tahu ini, warga pun bisa menghemat hingga Rp 40 ribu per bulan. Angka yang lumayan bagi warga berpenghasilan rendah. Tinggal hitung berapa penghematan warga selama sepuluh tahun terakhir.

Gas ramah lingkungan ini pun aman. Tinggal buka keran pengaman yang terpasang di jaringan pipa, kemudian nyalakan api dengan pemantik (korek api). Api biru pun langsung menyala dari kompor. Selesai memasak, api kompor tinggal dimatikan. Keran ditutup lagi. Selesai. Sesederhana itu. 

Produksi tahu

Suripno, pengelola pabrik tahu menyebutkan ada sebanyak 23 rumah warga yang menikmati aliran api biogas limbah tahu. Aliran gas itu dipriotitaskan untuk warga kurang mampu di sekitar pabrik.

Mereka cukup membayar iuran sebesar Rp 5 ribu per bulan. Uang yang terkumpul itu digunakan untuk perawatan jaringan pipa biogas. Jika ada kerusakan pipa misalnya. Warga bergotong royong melakukan perbaikan. Jika ada yang perlu diganti, biaya diambilkan dari uang iuran itu.

“Sejauh ini aman. Gas mengalir lancar sepanjang pabrik berpoduksi. Hanya saja, warga melaporkan jika kompor cepat rusak, keropos, dibandingkan jika menggunakan elpiji dari pemerintah. Ini yang masih menjadi PR kami,” katanya.

Secara teori, limbah tahu mengandung sejumlah unsur gas seperti metana (CH4), amonia (NH3), hydrogen sulfide (H2S), dan karbondioksida (CO2). Limbah tahu difermentasikan selama satu hingga dua pekan untuk menghasilkan gas metana.

Setelah gas metana keluar, kemudian dialirkan melalui pipa dari instalasi Ipal ke kompor warga.

Instalasi pengolahan limbah pabrik tahu
Instalasi pengolahan limbah pabrik tahu

Selain “menambang” gas dari limbah tahu, melalui pengolahan ini juga mampu mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Sebelum adanya Ipal, kenang Suripno, air limbah dari pabrik tahu langsung digelontor dan dibuang ke sungai.

Sungai pun tercemar. Bau busuk mengganggu warga. Pemilik pabrik tergugah mengolah limbah tahu setelah mendapat tawaran pembangunan instalasi dari pemerintah daerah. Melalui pengolahan itu, dampak kerusakan lingkungan pun disulap menjadi gas yang bermanfaat bagi warga.

Instalasi dibangun persis di sebelah barat bangunan pabrik. Dari instalasi itu, jaringan pipa untuk menyalurkan gas dipasang ke rumah-rumah warga penerima. Tak hanya mampu menghasilkan energi terbarukan gratis untuk warga, instalasi itu juga mengurangi dampak lingkungan limbah pabrik tahu yang sebelumnya selalu panen keluhan warga.

Instalasi pengolahan limbah pabrik tahu itu merupakan bantuan pemerintah daerah pada tahun 2010 lalu

Data kantor Perumahan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kabupaten Kudus menyebutkan, ada sebanyak 37 titik IPAL biogas yang telah dibangun sejak tahun 2000. 

Selain Ipal biogas pabrik tahu, juga ada ipal untuk ternak dan pondok pesantren. Program pembangunan Ipal dimaksudkan agar warga mampu menghasilkan energi secara mandiri. Pencemaran lingkungan pun bisa ditekan.

 


Minggu, 12 April 2020

Fakta Dibalik Kasus Positif Covid-19 Pertama yang Sembuh di Kudus


SEORANG pasien positif Covid-19 di Kabupaten Kudus dinyatakan sembuh dari serangan virus korona. Ini tentunya menjadi kabar baik disaat terus melonjaknya jumlah pasien baik yang masih dalam status pengawasan (PDP) maupun positif Covid-19

Pandemi virus corona memang menjengkelkan. Sebulan terakhir masyarakat tidak bisa beraktifitas normal. Banyak kantor turup. Aktifitas UMKM pun terpukul. Pendapatan warga menurun. Belum lagi kabar dirumahkannya ribuan pekerja akibat pandemi ini.

Sembuhnya Sukarsih, 28 tahun, pasien positif Covid tentu menjadi angin segar bagi masyarakat. Keterangannya perlu dikorek. Minimal untuk pembelajaran warga yang masih membandel, mengabaikan imbauan pemerintah. .

Sukarsih (28), pasien yang dinyatakan sembuh itu merupakan seorang perawat di salah satu rumah sakit swasta terbesar di Kabupaten Kudus. Ia bertugas di ruang isolasi khusus, tempat PDP dirawat.

Berita sembuhnya Sukarsih dari Covid-19 diumumkan langsung oleh Plt Bupati Kudus Hartopo di Pendopo Kudus.

Perempuan asal Kabupaten Pati itu juga hadir sendiri memberikan testimoni di depan wartawan. Ada sejumlah fakta menarik dibalik yang perlu dicermati dari testimoni yang disampaikan oleh Sukarsih.

Berikut penuturan Sukarsih terkait awal mula ia divonis positif Covid-19 yang dikutip dari sini. :

Gejala awal Covid-19

Saya pertama kali masuk ke RS pada tanggal 25 Maret 2020. Waktu itu saya mengalami sakit perut, mungkin karena nyeri saat haid, dan diare. Juga ada pusing. Saat periksa ke IGD, saya disarankan untuk rawat inap.

Karena sejak tanggal 21 Maret saya bertugas di Ruang Isolasi Khusus sehingga saya termasuk ODP, sejak awal saya dirawat dalam 1 kamar yang isi 1 pasien dan semua perawat dan dokter sudah menggunakan APD, tidak boleh dibesuk, dan penunggu juga dibatasi.

Selama dirawat itu timbul batuk kering dan sesak nafas. Tanggal 27 Maret 2020 dokter menyarankan saya dilakukan CT Scan Thorax atau CT Scan dada.

Hasilnya ternyata mengarah ke COVID-19. Dokter bilang saya jadi PDP dan hari itu juga saya dipindah ke Ruang Isolasi Khusus untuk pasien PDP.


Menjalani Rapid Test


Tanggal 28 Maret 2020 saya dilakukan rapid test dan hasilnya ternyata positif, langsung dilanjutkan dengan swab 2 kali, yang pertama di hari yang sama dengan rapid test, yang kedua besoknya.

Saat tahu bahwa hasil rapid test positif itu sebenarnya saya takut, apalagi saat dilanjut dengan swab 2 kali. Tapi saya memilih untuk mencari kekuatan dalam doa, dan terus memotivasi diri, yakin COVID-19 bisa sembuh. 





Dukungan Keluarga


Obat dan semua advis yang diberikan dokter selalu saya terima dan lakukan dengan suka cita. Meskipun memang diisolasi, tetapi kamar yang ditempati terasa nyaman, perawat di ruang isolasi juga selalu siap menolong kebutuhan saya.

Kontak dilakukan dengan WA jika tidak ada hal yang emergensi, kalau emergensi ada tombol nurse call untuk memanggil perawat.

Keluarga dan teman mensupport penuh. Saat saya membuat status yang menyenangkan agar tetap gembira, banyak tanggapan positif yang saya terima. Saya juga dikirimi renungan dan link ibadah secara streaming sehingga semakin dikuatkan.

Sempat Alami Down

Saat diberi tahu kalau hasil PCR positif tanggal 3 April 2020, saya agak down, artinya saya benar-benar sakit COVID-19. Tapi saya tetap menyemangati diri untuk sembuh dari COVID-19. Apalagi saat itu saya sudah 3 hari tidak ada keluhan sama sekali. Besoknya, tanggal 4-5 April 2020 saya diswab lagi 2 kali.

Dokter bilang, kalau hasil 2 kali swab ini juga negatif, artinya saya benar-benar sembuh dan boleh pulang. Negatif artinya tidak ada virus lagi di tubuh saya, sehingga saat pulang juga benar-benar aman, tidak ada virus di tubuh saya yang bisa menular ke orang lain.


Hasil Swab Kedua

Semuanya indah pada waktunya. Tanggal 8 April 2020 saya diberitahu dokter bahwa hasil PCR untuk kedua swab sudah negatif, dinyatakan sembuh, bebas dari COVID-19, dan boleh pulang.

Saya bersyukur kepada Tuhan atas kesembuhan yang saya peroleh, semua hanya atas kasih karunia-Nya. Untuk masyarakat semuanya, saya mau berpesan agar tidak takut atau panik karena COVID-19, tetapi harus patuh saran Pemerintah untuk social distancing dan physical distancing.

Saya ingat 11 hari sebelum mulai sakit, saya mendatangi acara yang cukup ramai, tidak pasti apakah ada hubungannya dengan COVID-19 pada saya ini. Selain itu, minum vitamin dan obat yang diberikan dokter, selalu pakai masker, batuk dengan etika batuk yang benar.

Yang tidak kalah penting adalah support dari keluarga dan teman-teman, walaupun tidak secara tatap muka.

Support dari orang-orang terdekat ini sangat menguatkan saya untuk terus berdoa, berserah, dan tetap bahagia selama perawatan sampai akhirnya sembuh. Jangan mengucilkan orang yang terkena COVID-19.

Menjaga jarak sosial dan jarak fisik memang harus dilakukan, namun kedekatan emosional dengan support yang terus diberikan melalui telepon, video call, obrolan lewat chat, atau tanggapan positif di medsos sangat-sangat membantu dalam perjuangan sembuh dari COVID-19.

***



Dari keterangan itu, Sukarsih menduga tertular Covid-19 dari acara yang didatanginya sebelas hari sebelum merasakan sakit. Ia mengabaikan risiko tinggi pekerjaannya sebagai perawat di ruang isolasi khusus PDP sebagai tempat masuknya virus corona di tubuhnya.

Terlebih hingga saat ini, isu keterbatasan Alat Pelindung Diri (APD) masih dialami oleh petugas medis.

Terlepas dari mana virus itu masuk ke tubunya, pantas kita mengucapkan selamat atas kesembuhan Sukarsih dari Covid-19. Ini menunjukkan, masih ada harapan untuk sembuh dan terbebas dari pandemi yang menyebalkan ini.

Ada baiknya kita mengikuti anjuran Pemerintah seperti menjaga jarak sosial (physical distancing) atau tidak berkerumun, tetap di rumah, kecuali ada hal-hal mendesak atau yang penting, selalu gunakan masker, hingga rajin mencuci tangan dengan sabun.

Semoga Pandemi Covid-19 di Indonesia segera berlalu, sehingga kita bisa beraktifitas seperti biasa lagi. Aamiin.



Selasa, 19 November 2019

Ada Pengantin Baru Dibalik Pelestarian Cagar Budaya Indonesia di Loram


NILAI-nilai kearifan lokal yang terus dilestarikan menjadi benteng terakhir pelestarian situs cagar budaya di Indonesia. Tanpa adanya pelestarian tradisi dari masyarakat sekitar, orang akan semakin abai pada keberadaan bangunan bersejarah di lingkungannya.

Upaya pelestarian benda cagar budaya dengan pelestarian tradisi kearifan lokal ini dipahami betul oleh warga Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Berkat tradisi turun temurun yang terus dipegang teguh, keberadaan situs gapura masjid Loram kini terus lestari.

Uniknya, ada pengantin baru dibalik pelestarian situs tersebut. Kok Bisa?

Menikah bagi warga Desa Loram Kulon tak cukup hanya dengan prosesi akad dan pesta akbar. Ada ritual yang pantang untuk ditinggalkan. Namanya “Nganten Mubeng”. Tradisi ini turun temurun dilestarikan oleh warga Desa Loram Kulon.

Nganten dalam bahasa Indonesia berarti pengantin. Pasangan muda-mudi yang baru mengikrarkan janji sehidup semati. Mubeng berarti berkeliling. Singkatnya, nganten mubeng berarti tradisi yang dilakukan oleh pengantin baru dengan berjalan berkeliling.

Apa yang dikelilingi?

Saya berjumpa dengan pasangan pengantin baru Linda Agustin (23) dan Budi Santoso (26), saat berkunjung ke gapura masjid Loram, akhir Agustus 2019. Siang itu, mereka datang ke gapura masjid Wali untuk bersiap-siap menunaikan tradisi Nganten Mubeng.

Simak pengalaman tak terlupakan mereka berikut ini :

Siang itu cuaca panas terik. Jarum jam menunjukkan pukul 11.00 WIB. Empat jam sebelumnya, Budi mengucapkan akad suci untuk mempersunting Linda di depan penghulu. Budi tinggal bersama keluarganya di Desa Getaspejaten, Kecamatan Jati. Sementara Linda berdomisili di Desa Sunggingan, Kecamatan Kota.

Usai akad nikah dinyatakan sah, ayah Budi mengingatkan tradisi turun-temurun keluarganya yang berasal dari Loram Kulon. Ya, Nganten Mubeng.

Setelah urusan prosesi akad rampung, tetamu beranjak pulang, Budi dan Linda ditemani keluarganya meluncur ke Masjid At Taqwa Desa Loram Kulon. Gaun putih tebal membuat Linda terlihat kegerahan. Keringat mengucur dari keningnya.

Meski panas siang itu terasa menyiksa, Linda menuruti suaminya untuk menjalani tradisi nganten mubeng. Digandeng Budi, Linda berjalan mengelilingi gapura kuno yang berada persis di depan Masjid Loram Kulon, sebutan beken dengan sebutan masjid wali. Nama resminya Masjid At Taqwa.

Dipandu Afroh Aminuddin, juru pelihara gapura kuno, keduanya berjalan mengitari gapura bata merahyang berdiri gagah di depaan masjid. Satu kali putaran rampung, keduanya kemudian berfoto mengabadikan hari bersejarah itu.

“Alhamdulillah lancar,” kata Budi sembari tersenyum kepada keluarganya yang menjadi saksi ritual tersebut.
Nganten mubeng adalah tradisi berjalan mengitari gapura kuno di depan Masjid Wali Loram Kulon yang masih lestari hingga kini. Tradisi itu dijalani oleh pasangan pengantin baru warga maupun keturunan dari Desa Loram Kulon.

Meski, Linda dan Budi bukan warga asli Loram Kulon, keduanya memegang teguh tradisi nenek motang. Jika dirunut, kakek Budi asli Loram Kulon. Memiliki darah dari penduduk desa itu, Budi pun tak ingin meninggalkan tradisi leluhurnya.

Afroh Aminuddin membenarkan jika tidak hanya pasangan asli Loram Kulon saja yang masih menjalani tradisi ini. Banyak keturunan warga yang kini tinggal di luar desa maupun luar daerah yang tetap menjalankannya.

Baru-baru ini bahkan ada pasangan dari Purwokerto yang datang dengan menyewa bus, khusus untuk menjalani tradisi ini. Setelah ditanya, salah satu di antaranya masih keturunan warga Desa Loram Kulon.

Banyak mitos yang berkembang. Jika warga keturunan Loram Kulon tidak menjalani ritual ini. Mulai dari keluarganya tidak tentram, terkena penyakit aneh, hingga sulit mempunyai keturunan. Afroh enggan mengomentari mitos yang berkembang itu.

Terlepas itu mitos atau bagaimana, dia menyerahkan sepenuhnya pada niat masing-masing yang menjalaninya. “Yang penting niatnya baik,” kata Afroh.

Tradisi nganten mubeng tetap dilestarikan selain karena tradisi warisan leluhur, juga diyakini memiliki nilai-nilai moral yang baik. Tradisi itu menanamkan pentingnya kesetiaan dan peran suami sebagai pemimpin keluarga. Itu disimbolkan dengan menggandeng pasangannya keliling gapura.

Tradisi itu diyakini sudah ada sejak era Sultan Hadlirin, seorang wali atau tokoh agama yang menyebarkan Islam di wilayah Loram Kulon. Menurut catatan, gapura itu dibangun tahun 1596. Setahun kemudian, masjid di sebalah barat gapura dibangun.
Wisatawan berfoto dengan latar belakang gapura masjid wali Loram Kulon
Pembangunan gapura yang lebih dulu, menjadi siasat Sultan Hadlirin dalam menyebarkan Islam di wilayah yang mayoritas warganya saat itu memeluk agama Hindu. Sekilas, gapura itu bentuknya mirip dengan pura. Itu lah sebabnya, Islam dulu lebih mudah diterima di kawasan tersebut.

Gapura Masjid Wali At Taqwa kini sudah tercatat sebagai situs benda cagar budaya yang dilindungi undang-undang. Desa Loram juga telah ditetapkan menjadi desa wisata oleh Pemkab Kudus.

Situs gapura tersebut ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya dengan keputusan Balai Pelestarian peninggalan Purbakala Jawa Tengah (BP3) Jateng Nomor 988/102.SP/BP3/P.IX/2005 Tanggal 22 September 2005. Keputusan itu diteken oleh Kepala BP3 Jawa Tengah Drs Enjat Jaenuderajat

Meski telah dipugar tahun 1996, arsitektur bangunan gapura tetap dipertahankan. Sayang, bangunan Masjid Wali kini sudah tidak lagi sebagaimana bentuk aslinya. Bangunan masjid dipugar dengan bentuk arsitektur yang modern tahun 1990.

Tak hanya Nganten Mubeng, warga menempatkan situs gapura sebagai peninggalan penting lewat sejumlah kegiatan tradisi tahunan. Tradisi ampyang yang diperingati bersamaan dengan maulid (hari kelahiran) Nabi Muhammad SAW juga dipusatkan di halaman Masjid At Taqwa.

Pada acara tahunan itu, ampyang dan sego kepel menjadi menu wajib. Ampang adalah penganan semacam kerupuk. Sementara sego kepel adalah nasi seukuran gengaman tangan orang dewasa yang dibungkus dengan daun pisang. Sebagai pelengkap biasanya disajikan bothok tahu dan daging kerbau sebagai lauknya.

Sebagai desa wisata, situs gapura menjadi pijakan utama dalam pengembangan pariwisata yang dibalut dengan atraksi tradisi. Warga melahirkan kembali pasar krempyeng, pasar kaget yang digelar halaman masjid persis di sebelah timur situs gapura.

Pasar Kaget biasanya digelar saat ada kunjungan wisatawan dalam jumlah besar, atau event tahunan seperti kirab ampyang maulid. Di pasar itu dijual aneka kerajinan produk UMKM warga Loram Kulon hingga kuliner khasnya.

Warga juga membuka pintu rumahnya untuk dijadikan homestay wisatawan yang hendak menginap. Warga Loram Kulon sepertinya paham betul dengan merawat situs cagar budaya melalui ritual tradisi kearifan lokal, maka peninggalan bersejarah itu tak akan musnah. Tetap lestari hingga anak cucu.
Warga berebut sego kepel pada tradisi kirab ampyang maulid di Desa Loram Kulon
Pelestarian cagar budaya idealnya harus sejalan seiring dengan kegiatan ekonomi kreatif warga sekitar. Ekonomi kreatif perlu dimunculkan, dengan bersandar pada situs cagar budaya sebagai pemantiknya.

Dengan memiliki kegiatan ekonomi, warga secara langsung atau tidak akan berperan melestarikan situs cagar budaya.

Loram menjadi contoh keberadaan situs bersejarah mampu mengangkat nama desa. Kegiatan produktif yang digeluti oleh warga juga ikut terangkat.

Generasi muda yang dekat dengan teknologi, gadget, dan media sosial juga penting untuk andil dalam pelestarian cagar budaya di lingkungannya. Rajin mengunggah foto situs dengan ajakan untuk mengaga kelestariannya menjadi hal termudah yang bisa dilakukan.

Bagi yang hobi menulis, menuliskan cerita saat berkunjung ke situs cagar budaya sekligus mencurahkan gagasannya juga menjadi cara yang elegan.

Salah satunya lewat kompetisi “Blog Cagar Budaya Indonesia : Rawat atau Musnah! yang digelar oleh Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN), didukung oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).