Minggu, 08 Oktober 2017

"Gatotkaca Lahir" Yang Sarat Kritik Pemerintahan


Pertunjukan Wayang Kulit Ki Enthus Susmono
BAIK buruknya karakter pemimpin salah satunya ditunjukkan oleh kinerja bawahannya. Jika pemimpin salah menunjuk seorang pejabat, maka jangan harap ide-idenya mampu diterjemahkan dengan baik oleh bawahannya.

Pemilihan pejabat yang sesuai itu menjadi salah satu kritik yang diselipkan dalan kondang yang juga Bupati Tegal Ki Enthus Susmono. Meski sempat diguyur hujan deras, ribuan warga seolah enggan beranjak Alun-alun Kota Kudus, tempat Dalang Enthus memainkan lakon “Gatotkaca lahir”.

Lakon Gatotkaca Lahir berkisah seputar kelahiran Gatot Kaca hingga menerima wahyu Cakra Ningrat Ningrate Raja, hingga naik tahta menjadi raja dari Pringgadani ke kahyangan.

Seperti kebiasaannya saat pentas, Ki Enthus masih doyan melontarkan kata-kata vulgar itu menyelipkan banyak kritik terhadap pemerintahan dan penegak hukum. Dengan enteng, Enthus tiba-tiba menyinggung Hakim Sarpin sebagai Dewa Meja, pejabat yang doyan suap, hingga pejabat gagap menerjemahkan pemikiran bupati.

“Wes ngerti goblok diperintah, tidak bisa menerjemahkan perintah bupati dijadikan kepala dinas, ini jadi bumerang,” kata Ki Enthus.

BACA JUGA : TRADISI UNIK MENJAGA MATA AIR

Enthus tak lupa menyinggung niat Bupati Kudus Musthofa yang sudah mempimpin Kudus selama dua periode dan berniat maju sebagai gubernur. Lakon Gatot Kaca selaras dengan fase munculnya pemimpin baru.


Lakon Lahirnya Gatot Kaca memiliki makna lahirnya seorang pemimpin terbaru. Hujan yang mengguyur Alun-alun Kota Kudus tak membuat para penonton surut. Beberapa kali penonton meringsek berteduh di tenda.

Namun ketika hujan reda, mereka kembali berhambur di depan panggung. Kehadiran pelawak Marwoto dan Sulastri alias Ciblek, pelawak perempuan asal Banyumas, membuat pementasan semakin gayeng. Kedua komedian itu sukses mengocok perut penonton dengan humor-humor sarkastik dan menyinggung kondisi fisik lawan mainnya.

2 komentar:

  1. Melalui pagelaran wayang, seorang dalang bisa menyelipkan sebuah kritik membangun, tentu langkah ini lebih baik ketimbang harus demo tapi anarkis. Ki Enthus juga sebagai seorang Bupati, tapi sekaligus sebagai seorang dalang, keren yah....

    BalasHapus