Kamis, 31 Oktober 2019

Taman Celosia, Bandungan Mini di Pinggiran Kudus


DI pinggiran selatan Kabupaten Kudus, ada tempat wisata baru yang tengah menjadi hits sebulan terakhir. Taman Celosia namanya. Tak begitu luas taman bunga ceolosia di Desa Jati Kulon Kecamatan Jati Kabupaten Kudus ini.

Mungkin karena warna-warni Celosia cocok untuk tempat ber-selfie ria, taman ini pun ramai dikunjungi. Terutama muda-mudi yang berburu konten instastory.

Datang lah pada Minggu pagi. Jalan depan taman ramaai bak pasar tumpah. Banyak pedagang aneka makanan jadul di tempat ini.

Panas terik tak menyurutkan niat Murtiningsih (46) dan anaknya Devinda Elsa (18) untuk berpose di tengah taman bunga Celosia. Setelah berjalan di tengah taman bunga warna-warni itu, Devinda minta ibunya memotret menggunakan telepon genggamnya.

Dalam hitungan ketiga, Murtiningsih mengabadikan foto anaknya di tengah hamparan celosia yang ditanam di Desa Jati Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Belum puas, Devina mengajak ibunya ke jembatan bambu di tengah taman.

“Foto di sana lagi Ma, kelihatannya bagus,” ujar Devinda ke ibunya.

Murtiningsih menuruti kemauan anaknya. Jauh-jauh datang dari Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, ibu dan anak itu ingin memiliki banyak koleksi foto di taman bunga yang sedang viral di Kabupaten Kudus itu.

“Kemarin teman-teman di kantor pamer foto di taman bunga ini. Hari ini (kemarin – Red) saya ajak anak untuk melihat ke sini. Ternyata memang bagus tempatnya,” kata Murtiningsih yang hari itu datang ke taman sekitar pukul 11.00.

Taman bunga seluas sekitar satu hektare itu berada di tanah banda desa Jati Kulon. Lokasinya berada di ujung barat kampung, berbatasan dengan areal persawahan. Di bagian pintu masuk, pengunjung disambut deretan kios pasar desa yang menjual aneka buah dan sayuran.

Buah dan sayuran seperti semangka, blewah, kacang panjang, hingga tomat itu merupakan hasil bumi Desa Jati Kulon. Taman Celosia ini melengkapi “kampung lampion” yang sudah lebih dulu dikembangkan di Jati Kulon.

Berawal dari Pasar Desa

Taman bunga celosia itu digagas Kepala Desa Jati Kulon Sugeng Prasetyo (60). Taman bunga itu sebelumnya dibuat sebagai pelengkap pasar desa. Setelah pasar yang didanai Rp 50 juta dari dana desa itu jadi, Sugeng berinisiatif membuat taman bunga di belakangnya.

Pasar desa itu menjadi program inovasi yang dikembangkan Pemerintah Desa Jati Kulon. “Tahun ini kami membuat inovasi kampung sayur dan pasar desa. Tapi ternyata taman bunga ini yang justru viral di media sosial,” katanya.

Baru-baru ini, ada pengunjung dari Rembang dan Lasem yang jauh datang karena penasaran melihat unggahan foto di media sosial. Taman bunga celosia itu pun mendadak jadi destinasi wisata baru di Kabupaten Kudus.

Di Hari Minggu, jumlah pengunjung tembus hingga 100 orang. Hari biasa pengunjung rata-rata 30 orang – 50 orang. Setiap Minggu pagi, jumlah pengunjung melonjak. Selain menikmati warna-warni celosia, pengunjung bisa mencicipi aneka penganan tradisional seperti nasi jagung, sop besusul, dan kuluban lembayung (daun kacang tolo – Red)

Pengunjung dari luar desa dikenai tiket masuk sebesar Rp 10 ribu per orang. Uang hasil penjualan tiket itu digunakan untuk biaya operasional taman.

Maklum, bunga celosia berwarna merah, kuning, dan merah jambu itu hanya bisa bertahan empat sampai lima bulan. Agar terus ada celosia di taman itu, pengelola pun harus rajin menyemai bunga dan melakukan tambal sulam tanaman yang mulai layu.

Semai Sendiri

Dibalik semarak warna-warni bunga celosia Jati Kulon, ada kerja keras sekitar 15 orang pengelola yang dipimpin langsung oleh Sugeng. Untuk mewujudkan taman bunga, Sugeng membeli lima bungkus biji celosia via lapak online. Satu bungkus berisi sekitar 200 biji bunga. “Karena saat itu minim pengetahuan, penyemaian gagal total,” katanya.

Sugeng kembali berjumpa celosia saat mengajak ibu-ibu PKK dan tokoh masyarakat studi banding pengelolaan wisata ke Dieng. Saat berkunjung itu, ia melihat ada celosia tumbuh subur di pekarangan salah satu rumah warga Dieng.

Setelah bertanya cara menanamnya, Ia dan Eruni (58), istrinya, meminta tiga bunga untuk dibawa pulang. Berbekal ilmu dari Dieng itulah, Eruni mulai menyemai biji celosia. “Dari tiga bunga itu, kami berhasil menyemai 10 ribu bunga,” katanya.

Bunga sebanyak itu tak cukup untuk ditaman di lahan yang ada. Sisa bunga pun dibagikan gratis ke pungunjung yang datang. Tak sulit merawat celosia. Bermodal sumur pantek untuk lahan pertanian, taman disiram dua kali sehari.
Taman Celosia Jati Kulon Kudus
Petani tak protes karena mereka bisa menjual hasil buah dan sayuran di pasar desa. Saat panen tomat baru-baru ini, Sugeng mengundang pelajar untuk panen tomat, untuk menambah pendapatan petani. Sugeng bermimpi menjadikan Jati Kulon sebagai destinasi agro wisata.

“Semacam Bandungan mini di Kudus. Petani bisa menjual langsung buah dan sayuran hasil pertanian di pasar desa. Semarak warna-warni celosia ini sebagai daya tarik utama untuk menarik wisatawan,” katanya.

Jepang Corner

Untuk menarik lebih banyak wisatawan, bapak dua anak bersama tim pengelola kini mengagagas “Jepang Corner” di salah satu sudut taman celosia. Di tempat itu akan dibangun rumah mini ala Jepang, lengkap dengan persewaan kimono.

“Semoga bisa terealisasi dalam waktu dekat. Jika berhasil akan kami rintis sebagai unit usaha BUMDes (Badan Usaha Milik Desa – Red) di Jati Kulon,” katanya.

Kehadiran taman celosia ini disebut Plt Bupati Kudus Hartopo sebagai langkah nyata inovasi pengembangan ekonomi warga berbasis masyarakat desa. Kehadiran pasar desa membuat petani lokal memiliki tempat berjualan hasil bumi.



0 komentar:

Posting Komentar