Selasa, 12 November 2019

Mewujudkan Transportasi Massal Yang Berdikari

omonganem transportasi
BRT melintas di Kota Lama Semarang
JIKA bisa memilih, saya akan memilih untuk mengosongkan garasi dari kendaraan bermotor. Untuk apa kendaraan pribadi jika akses kendaraan umum mudah dan banyak pilihan. 

Bagi mereka yang tinggal di kota besar, pilihan itu cukup realistis. Pilihan moda transportasi cukup banyak. Mau yang daring (dalam jaringan) atau yang konvensional. Tinggal pilih untuk mencapai tempat tujuan.

Moda transportasi massal darat, laut, dan udara juga semakin nyaman dengan harga tiket semakin terjangkau. Tinggal pilih. Itu kata kuncinya. Moda transportasi yang bisa beradaptasi sesuai keinginan konsumen, itu lah yang bakal menjadi pilihan.

Kembali ke rencana saya mengosongkan garasi yang muncul setidaknya pada awal tahun ini. Maklum, saat itu moda transportasi ojek online sedang booming di Kudus, tempat tinggal saya. Tarifnya terjangkau. Saat itu, banyak pilihan voucher promo (baca : potongan harga) yang memanjakan setiap konsumen.

Siapa yang tidak tergiur dengan iming-iming tarif Rp 1 sekali jalan? Sempat motor saya menganggur. Ojek Online dengan tarif super murahnya menjadi pilihan utama kemana saja tujuan saya.

Perkara tiket murah dalam dunia transportasi memang bukan barang baru. Bisnis transportasi udara sudah lebih dulu menawaran tiket dengan harga miring kepada konsumen. Namun, urusan tarif memang perlu diatur agar muncul persaingan yang sehat.

Terlepas dari itu, ada ceruk besar potensi bisnis layanan transportasi massal di Indonesia. Publik selalu menantikan gebrakan program baru transportasi massal di Indonesia. Ingat ketika busway kali pertama muncul, langsung diserbu warga. Begitu juga ketika LRT dan MRT dikenalan ke publik.

Itu artinya, masyaraka rindu dengan moda transportasi massal yang aman, nyaman, dengan tarif terjangkau. Ketika Kemenhub mengkaji transportasi baru bernama O-Bahn pun, publik tak sabar menunggunya.

O-Bahn merupakan bentuk transportasi gabungan dari Bus Rapid Transit (BRT) dan Light Rapid Transt (LRT) yang digadang-gadang menjadi alternatif pilihan angkutan massal perkotaan di Indonesia.

Kembali ke soal ceruk besar bisnis transportasi di Indonesia. Pemerintah telah melihat itu dengan menerbitkan berbagai kebijakan untuk menumbuhkan transportasi massal. Salah satunya dengan penggunaan komponen lokal.

Pada tahun 2016, Pemerintah telah meresmikan asosiasi manufaktur dan penunjang perkeretaapian. Ada logam, karet, dengan PT INKA (Persero) sebagai integrator. Dengan dukungan dari IKM di sektor perkeretaapian, diharapkan penyediaan kebutuhan untuk kereta bisa lebih menyerap produk dalam negeri .Mulai rangka hingga body kereta.

sumber foto : IG  jakarta_skylines

Hasilnya, LRT Jabodebek (Jakarta Bogor Depok Bekasi) telah mengandung konten lokal atau yang biasa disebut tingkat komonen dalam negeri (TKDN) hingga 60 persen. Pada Selasa (8/10/2019) telah dilakukan pengiriman kereta LRT dari pabrik INKA di Madiun menuju Cibubur.

Menarik ketika Pemerintah fokus pada kandungan lokal moda transportasi massal kita. Penggunaan konten lokal tak sekedar menekan biaya produksi, namun juga terbukti menggerakkan kegiatan ekonomi baru.

Muncul produsen-produsen baru yang membuat komponen kendaraan. Itu artinya, lapangan pekerjaan terbuka. Penataan transportasi massal pun membawa efek domino untuk ekonomi kerakyatan.

Setelah lima tahun sukses menghadirkan transportasi massal perkotaan dan konektivitas antarpulau melalui tol laut dan udara, kini saatnya Pemerintah turut campur menata moda transportasi massal di daerah.

Kebijakan riil Pemerintah dinantikan untuk menggairahkan kembali moda transportasi massal di daerah yang ibarat hidup segan mati tak mau. Kebijakan penggunaan komponen lokal bisa menjadi pijakan untuk memacu konektivitas untuk pemerataan pembangunan.

Pemerataan konektivitas transportasi bakal menciptakan efisiensi. Biaya distribusi barang semakin murah. Dengan tumbuhnya transportasi massal, penggunaan kendaraan pribadi diharapkan berkurang. Hal ini selaras dengan upaya menekan kemacetan hingga mengurangi polusi udara.

Bus dan angkutan umum dengan tampilan dan layanan modern perlu diperluas hingga daerah. Kendaraan umum dengan sumber bahan bakar ramah lingkungan seperti bahan bakar gas sudah saatnya dikenalkan hingga ke daerah.

Dengan penggunaan komponen lokal dan sistem layanan, serta armada yang modern, maka transportasi yang berdikari bakal terwujud. Masyarakat tentu menanti pilihan yang bakal ditawarkan.

Jika itu terwujud, bisa jadi nanti garasi rumah benar-benar kosong dari kendaraan pribadi. Semoga.... 



omonganem transportasi





Referensi :
“Transportasi Berbasis Kereta Harus Banyak Serap Komponen IKM Lokal”. www.bumn.go.id. diterbitkan 26 Maret 2018.
“Fakta-faka terbaru LRT Jabodebek, Termasuk tarif Rp 12.000”. www.merdeka.com. 15 Oktober 2019.
“Kemenhub Kaji Transportasi Baru Bernama O-Bahn”, www.kompas.com, terbit Jumat 28 Juni 2019.

0 komentar:

Posting Komentar