Minggu, 23 September 2018

Ada Roro Mendut di Sejarah Kretek Kudus







KEBIJAKAN pajak cukai rokok untuk menutup defisit BPJS Kesehatan santer menjadi pembahasan warga se-antero Indonesia belakangan ini. Rokok bak dewa penyelamat. Bahkan jauh sejak era Roro Mendut berabad-abad lalu.


Cerita itu berlangsung di abad ke-17. Dikisahkan, kecantikan Roro Mendut menyihir Adipati Pragolo juga Panglima Mataram, Tumenggung Wiraguna. Namun, hanya ada pemuda desa Pranacitra, di hati Mendut.

Kisah cinta Mendut dan Pranacita harus terkubur seiring kecamuk perang antara Adipati Pragolo dan Sultan Agung. Mendut dipaksa mengikuti kehendak Panglima Mataram, Tumenggung Wiraguna.

Menolak menjadi selir Wiraguna, Mendut memilih membayar upeti. Tak mau melepas begitu saja, Wiraguna selalu menaikkan upeti dari hari ke hari. Untuk menutup kewajiban membayar upeti, Mendut berdagang rokok.

Gagal memasang jerat upeti, Wiraguna pun melampiaskan kemarahannya dengan melabrak Pranacitra. Pemuda desa itu pun tewas di tangan Wiraguna. Tetap dalam pendiriannya, Mendut pun mengakhiri hidup dengan keris milik Wiraguna.

Diplomasi rokok yang dijalankan Mendut berabad kemudian menjadi lahan ekonomi masyarakat. Rokok menjadi penyelamat ekonomi masyarakat. Pada abad ke-19, Dajamhari, warga Kudus Kulon, meramu rempah cengkeh dan tembakau menjadi lintingan rokok.

Ramuan itu diyakini mampu menyembuhkan sakit sesak nafas Djamhari. Kabar itu pun cepat menyebar. Kretek semakin digemari.

Bisnis kretek semakin membesar. Nitisemito menjadi pinoner industri kretek modern, pada 1920. Tak hanya proses produksi, manajemen promosi dan pemasaran pun sudah modern. Sejak itu, kretek terus berkembang menghidupi masyarakat, mendatangkan berkah.

Kisah Mendut dan Rokok tersaji dalam Sendratari Kretek Adiluhung garapan seniman Yoyok B Priyambodo. Tarian itu dipentaskan di puncak peringatan hari jadi ke-469 Kudus, di Alun-alun Kota Kudus, Sabtu 22 September 2018.

CEK VIDEO PEMENTASAN SENDRATARI KRETEK ADILUHUNG DI SINI

Pementasan yang naskahnya ditulis wartawan senior Yit Prayitno itu menggambarkan sejarah kretek dari era Mendut hingga era modern. Instalasi puluhan alat pelinting rokok menjadi kejutan tersendiri di pementasan tersebut.






0 komentar:

Posting Komentar