Selasa, 27 Februari 2018

Jangan Tanya ini Ke Sedulur Sikep (Samin), Dijamin Menyesal


Komunitas Sedulur sikep atau Samin memiliki kearifan lokal yang unik. Mereka masih memegang teguh ajaran tokoh Samin Surosentiko, hingga saat ini.


Selain masih berbahasa Jawa dalam komunikasi sehari-hari, sebagian dari mereka juga masih menerapkan pendidikan “homeschoolling” ala mereka sendiri. Warga Samin mendidik anak keturunan mereka untuk menjaga adat kebiasaan leluhurnya.

Bagi mereka, yang bertanggung jawab mendidik anak adalah orang tuanya sendiri.


Hanya memang, saat ini ada sebagian Samin yang sudah mulai melek pendidikan modern. Ada beberapa keluarga yang mulai menyekolahkan anak keturunannya di sekolah formal bahkan sampai perguruan tinggi. Meski kenyataannya, mereka kerap kesulitan ketika menghadapi diskriminasi di bangku pendidikan formal.

Salah satu contoh bentuk diskriminasi yang mereka rasakan misalnya, saat si anak harus mengikuti pelajaran pendidikan agama. Lembaga pendidikan formal seperti SD, SMP, maupun SMA negeri belum bisa mengajarkan agama Adam, sesuai keyakinan Samin.

Anak keturunan Samin yang bersekolah, kerap “dipaksa” belajar agama yang diajarkan di sekolahnya. Hal ini kerap memicu kesalahpahaman antara komunitas Samin dengan pengelola sekolah formal.

BACA JUGA :
TUBING EKSTREM ADA DI DESA JURANG
KIRAB TIWUL PALING MERIAH ADA DI DESA INI
DURIAN PELANG, MENYESAL JIKA BELUM PERNAH COBA

Komunitas Samin tersebar di Kabupaten Kudus, Pati, Blora, hingga Bojonegoro, Jawa Timur. Di Kabupaten Kudus, komunitas samin tersebar di sejumlah desa. Paling banyak di wilayah Kecamatan Undaan.

Salah satu tokoh Samin yang masih setia memegang teguh ajaran leluhurnya yakni keluarga Mbah Wargono dan Mbah Niti. Mereka tinggal di sebuah rumah Joglo di Dusun Kaliyoso, Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus. 

Mbah Wargono

Keluarga Mbah Wargono juga termasuk yang paling getol menolak kehadiran Pabrik Semen di wilayah Pegunungan Kendeng. Gunretno dan Gunarti adalah dua anak Mbah Wargono yang aktif menyuarakan penolakan pembangunan pabrik semen. Gunarti baru-baru ini bahkan berkampanye anti pabrik semen hingga ke Jerman.

Lihat cara mereka tanpa tedeng aling-aling menagih janji ke seorang calon gubernur di DI SINI

Meski kerap dipandang “aneh” oleh masyarakat awam. Jika mau jujur, justru kesetiaan mereka memegang teguh adat kebiasaan patut dicontoh. Misalnya saja, mereka teguh berbahasa Jawa, mendidik anak-anaknya sendiri, hingga tidak mau mengambil yang bukan haknya.


Mereka juga hidup bersahaja, tulus, dan jujur. Semua dianggap saudara. Jadi jangan pernah merasa sungkan untuk mengutarakan unek-unek.

Meski masih setia dengan adat kebiasaannya, Wong Samin cukup terbuka dengan warga di luar komunitasnya. Mereka membuka pintu lebar-lebar untuk setiap tamunya. Suguhan yang ada di rumahnya, seperti makanan dan minuman, pasti dihadirkan di atas meja ruang tamu.

Namun bagi kamu yang akan dan mungkin berkesempatan berinteraksi dengan mereka, jangan sekali-kali bertanya tiga hal mendasar berikut ini. Saya jamin pasti menyesal telah menanyakanya. Jawaban mereka kerap di luar dugaan. Apa saja pantangan itu?

1. JANGAN TANYA NAMA

Untuk basa-basi, orang yang baru bertemu jamak mengenalkan diri dan menyanyakan nama. Tapi jangan langsung to the point tanya siapa namanya kepada Wong Samin.

Jika Mau tau nama mereka, langsung saja mengenalkan diri. Mereka akan menyebut nama mereka.

2. JANGAN TANYAKAN USIA

Bagi Wong samin, usia itu hanya satu yang dibawa sampai mati. Jadi jangan sekali-kali menanyakan umur ke mereka. “Umurku kan yo mung siji, tak gowo sampe mati (umurku kan satu, tak bawa sampai mati)” begitu jawab mereka.

Triknya, coba tanyakan kapan mereka lahir. Jika beruntung, mereka akan menyebut tahun kelahiran mereka. Itu pun sebatas perkiraaan.

3. JANGAN TANYA ANAK

Khususnya kepada laki-laki samin. Sebab mereka merasa tidak punya anak. Yang manak (melahirkan anak) adalah perempuan samin. Bagi laki-laki Samin, mereka biasa menyebut anak-anak mereka sebagai keturunan. Karena laki-laki yang menurunkan (turunan), dan perempuan yang manak (punya anak)

4. JANGAN SURUH MEREKA MENERKA-NERKA

Jangan pernah tanya hal yang bukan menjadi persoalan mereka. Misalnya saja, jika ditanya jumlah warga samin di luar desanya, atau bagaimana pendapat suatu hal di luar komunitasnya. Mereka pasti menjawab. “Luwih pas ditanyakan ke mereka langsung”.

5. JANGAN MINTA DOA KESELAMATAN

Biasa kan.. kepada orang tua, yang muda selalu minta didoakan, minta agar selamat dalam hal apa pun. Jika diminta hal itu mereka biasa menjawab. “Keselametanku mung siji kok dijaluk (keselamatanku cuma satu kok di minta)”. Untuk mendoakan yang lain, mereka biasa mengucap “Mugo kabeh podo selamete (semoga semua selamat).

Begitu bosqueee....!

Sebenarnya masih banyak jawaban-jawaban unik dari mereka. Kuncinya memang harus banyak mendengar dan sabar memahami bahasa Jawa jika sedang bincang dengan mereka. Wong Samin akan dengan sabar menjelaskan secara runtut, sepanjang apa yang mereka ketahui.

Tanya lah, jika memang ingin bertanya. Tapi siap-siap dengan jawaban yang mungkin membuat kamu shock, atau mungkin justru tertawa karena bisa jadi lucu menurutmu.
omonganem Rumah Mbah Wargono
Rumah Mbah Wargono
Karena keunikannya itu lah. Wong Samin kerap menjadi objek penelitian akademis. Banyak peneliti dari berbagai kampus atau perguruan tinggi di Indonesia yang sudah bertandang ke komunitas tersebut.

Mulai mengulik soal adat kebiasaan, hingga pandangan mereka tentang dunia modern. Siapa tahu, Man Teman semua suatu saat menerima perintah untuk juga bertandang ke komunitas Samin. Bukankah silaturahmi memperpanjang umur dan membuka pintu rezeki? Yang jelas bukan dari Somad saya mendengar kata mutiara itu. 




7 komentar:

  1. Akhlak dan adab selalu terdepan bagi mereka yang ingin mewujudkan kedamaian ya mas, itulah yang dibangun sedulur sikep

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul pak. setiap komunitas adat memiliki kearifan lokal yang bisa diteladani agar tercipta kerukunan

      Hapus
  2. Nama dan umur memang privaci banget makanya kalau belum kenal jangan tanya tanya dulu, pekerjaan juga iya. Saru itu namanya

    BalasHapus
  3. tolong jangan nanya umur, kalau tebak2 buah manggis ternyata umurnya malah jauh lebih tua dari perkiraan, kadang orang kesinggung juga ya mas.. wwwwkwkwkw

    BalasHapus
  4. Wah cukup unik kalo dilihat sebagai orang awam. Tapi sebenarnya mereka memegang teguh ajaran dari leluhur mereka ya. Dan mereka sangat menjunjung tinggi adab dari warisan leluhur... Kalo boleh tinggalin komen di artikel terbaru saya tentang PRINTER BROTHER, makasih banyak sebelumnya.

    BalasHapus